PENILAIAN KINERJA GURU DENGAN METODE TQM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Mata Kuliah:
Pengembangan SDM Dan Personalia Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si.
Disusun Oleh:
Qiyadah Robbaniyyah (1220411206)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN dan KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini pendidikan di Indonesia
nampaknya sedang mencari-cari formula yang terbaik dan tepat dalam membawa
anak-anak bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan
adanya ujicoba berbagai kurikulum yang demikian cepatnya sehingga di lapangan
banyak guru mengeluhkan “baru mau duduk sudah disuruh berdiri lagi”. Terlepas
dari itu, perubahan kurikulum adalah wajar terjadi di negara manapun, karena
sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang berlaku nasional harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat.
Tak ada seorang gurupun yang tidak
menginginkan anak didiknya menjadi lebih baik dan lebih maju, namun untuk
menuju ke arah itu masing-masing guru memiliki cara & irama kerja yang
berbeda. Dengan demikian semua guru dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
dan tidak ada keterpaksaan dalam melaksanakan, karena apa yang dilakukan sesuai
dengan apa yang direncanakan.
Setiap
individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu
organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan
memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Fungsi dan
tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang berlaku, maka diperlukan Penilaian kinerja guru yang menjamin
terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Ada 14 (empat belas) unsur utama penilain standar bagi setiap guru yaitu
harus memiliki bukti nyata telah melakukan tugas, kewajiban dan tanggung
jawabnya secara baik dan benar yang berkaitan dengan : (1) Memiliki SK
pembagian tugas mengajar dari kepala sekolah tahun pelajaran terakhir, dengan
jumlah jam minimal 24 jam/minggu sesuai dengan sertifikat yang dimiliki,
minimal 12 jam/minggu bagi wakil kepala sekolah dan 6 jam/minggu bagi kepala
sekolah, (2) Menyusun dan melaksanakan program pembelajaran (RPE, Prota,
Promes), (3) Menyusun silabus mata pelajaran yang diampu, (4) Menyusun dan
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (5) Melaksanakan
pembelajaran berbasis kontekstual dengan model-model pembelajaran, (6) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran (disertai alamat
e-mail), (7) Menyusun dan mengembangkan bahan ajar (buku, modul, hand out,
lembar kerja),
Selanjutnya unsur yang
ke (8) Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari mapel yang diampu dari
masing-masing KD sesuai dengan kriteria pembuatan KKM, (9) Menyusun rancangan
penilaian ( tugas terstruktur, tugas non terstruktur, tugas mandiri, UH, UTS,
UAS, UKK, Kisi-kisi soal, Kartu soal), (10) Mengadministrasikan hasil pembelajaran
(buku nilai dan buku presensi peserta didik, buku pendukung nilai), (11)
Melakukan analisis butir soal, (12) Melakukan analisis hasil belajar, (13)
memiliki bank soal (UH, UTS, UKK, UAS, UKK dan UNAS), serta unsur yang terakhir
(14) melaksanakan pengembangan diri (menyusun PTK, membuat teknologi tepat
guna, membuat alat peraga pembelajaran)[1].
Misi utama TQM adalah memenuhi kepuasan pelangan. Pelangan dalam sekolah
adalah siswa, guru, dan masyarakat. Maka sekolah harus melakukan perubahan
secara terus-menurus, salah satu perubahan terus menurus yaitu dalam pengunaan
TQM dalam penilaian kinerja guru. Karena guru merupakan kunci dari jalanya
proses untuk pencapaian kepuasan pelangan. peter & waterman (1982) semua
organisasi yang ingin mempertahankan keberadaanya harus berobsesi pada mutu.
Maka makalah ini membahas bagian-bagian dari penilaian kinerja guru
dengan metode MTQ agar diharapkan kedepanya sekolah dapat mencapai tujuan yang
ditentukan dan mendapatkan kepuasan dari pelangan sekolah sehinga sekolah tetap
bisa eksis dan semakin maju.
RUMUSAN MASALAH
- Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan Penilaian kinerja guru?
- Apa itu TQM?
- Bagaimana Pengunaan TQM dalam penilaian kinerja guru?
PEMBAHASAN
Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Penilaian Kinerja Guru
Kinerja menjadi hal yang
penting dan mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan terutama untuk
perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Tidak terkecuali dengan dunia
pendidikan. Pengukuran kinerja dalam dunia pendidikan sebenarnya bukan hanya
ditujukan untuk profesi
guru saja tetapi elemen pendukung lainnya seperti bagian staff akademik,
bagian administrasi, bagian kebersihan, dan bagian lainnya. Karena semua saling
mendukung tercapainya mutu pendidikan.
Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang
diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Banyak batasan yang diberikan para ahli
mengenai istilah kinerja, walaupun berbeda dalam tekanan rumusannya, namun
secara prinsip kinerja adalah mengenai proses pencapaian hasil. Istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat
didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya[2].
Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002)
memberikan pengertian atau kinerja sebagai berikut : “performance is defined as
the record of outcomes produced on a specified job function or activity during
time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama kurun waktu tertentu[3].
Sutermeister dalam Anggiat Parlindungan Simbolon (2005) mendefinisikan
faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi motivasi, keahlian,
pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap,
kepribadian, kondisi-kondisi fisik, dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan social,
dan kebutuhan egoistic. Porter and Lawyer dalam Anggiat Parlindungan Simbolon
(2005) menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah succesful role
achievment yang didapat seseorang dari perbuatannya dalam bekerja. Grounloud dalam Umi Narimawati
(2005) mengatakan bahwa kinerja sebagai penampilan perilaku kerja yang ditandai
oleh keluwesan gerak, ritme dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur
sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah.
Stoner dalam Umi Narimawati (2005) mendefinisikan kinerja adalah prestasi yang
dapat ditunjukkan oleh karyawan. Ia merupakan hasil yang dapat dicapai dalam
melaksanakan tugas – tugas yang dibebabnkan kepadanya berdasarkan kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia[4].
Maka didapat beberapa
kesimpulan pertama: bahwa kinerja guru diartikan sebagai prestasi,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja dosen dalam
melaksanakan tugas tri dharma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran;
penelitian serta pengabdian masyarakat). Kedua: kinerja adalah prestasi
seseorang yang dipengaruhi oleh faktor motivasi, kemampuan, pengetahuan,
keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap, kepribadian,
kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan social, dan kebutuhan
egoistik, dalam melakukan pekerjaannya pada periode tertentu yang dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dan dapat dikatakan juga faktor kinerja
terdiri dari kemampuan dan motivasi.
Penilaian kinerja bisa didefinisikan sebagai prosedur apa saja yang
meliputi (a) penetapan standar kerja (b) penilaian kinerja aktual guru dalam
hubungan dengan standar-standar ini (c) memberi umpan balik kepada guru dengan
tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan atau terus
berkinerja lebih tinggi lagi.
Ada beberapa alasan untuk menilai kinerja (a) penilaian memberikan
informasi tentang dapat dilakukan promosi dan penetapan gaji (b) penilaian
memberi peluang bagi manajerial dan bawahannya unuk meninjau perilaku yang
berhubungan dengan kerja bawahan.
Penilaian kinerja terdiri dari tiga langkah (a) mendefinisikan pekerjaan;
memastikan pemimpin dan bawahanya sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan (b) menilai
kinerja; membandingkan kinerja aktual bawahan dengan standar-standar yang telah
ditetapkan (c) memberikan umpan balik; di sini kinerja dan kemajuan bawahan
dibahas dan rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.
Jika penilaian gagal maka itu semua terjadi karena alasan yang paralel
dengan tiga langkah ini –pendefisian jabatan, penilaian kinerja, dan pemberian
umpan balik.
Masalah dapat terjadi pada tahap mana saja dalam proses evaluasi.
Beberapa kesukaran yang perlu dihindari dalam penilaian kinerja adalah:
a.
Kekurangan standar; tanpa standar, tidak dapat
penilaian hasil yang obyektif, hanya ada dugaan atau perasaan subyektif tentang
kinerja
b.
Standar yang tidak relevan atau obyektif;
stndar-stndar hendaknya ditetapkan dengan menganalisis hasil pekerjaan untuk memastikan
bahwa standar-standar itu berhubungan dengan pekerjaan
c.
Standar yang tidak realistis
d.
Ukuran yang jelek atas kinerja obyektivitas
e.
Kesalahan penilaian
f.
Umpan balik
g.
Komunikasi yang negatif
h.
Kegagalan untuk menerapkan data evaluasi
Kebanyakan sekolah mengabungkan teknik penilaian kinerja dalam satu
formulir. Beberapa metode penilaian kinerja yang bisa dilakukan diantaranya:
- Metode skala grafik; skala yang mendaftarkan sejumlah ciri dan kisaran kinerja untuk masing-masingnya. Guru kemudian dinilai dengan mengidentifikasi skor yang paling baik mengambarkan tingkat kinerja untuk masing-masing ciri.
- Metode peringkatan alternasi; membuat peringkat guru dari yang terbaik ke yang terjelek berdasarkan ciri tertentu
- Metode perbandingan berpasangan; memeringkatkan gury dnegan membuat peta dari semua pasangan guru yang mungkin untuk setiap ciri dan menunjukkan mana guru yang lebih baik dari pasanganya.
- Metode distribus paksa; serupa dengan peningkatan pada sebuah kurva, persentase yang sudah ditentukan dari peserta penilaian ditempatkan dalam berbagai kategori kinerja
- Metode insiden kritis; membuat satu catatan tentang contoh-contoh yang luar biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja seseorang guru dan meninjaunya bersama guru pada waktu yang telah di tentukan sebelumnya.
- sistem penilaian kinerja terkomputerisasi; Teknologi yang semakin maju memudahkan sekolah dalam mengadakan penilain kinerja guru. Yaitu penilaian kinerja guru dengan mengunakan komputerisasi. Umumnya dengan hasil yang baik. Beberapa perangkat lunak penilaian kinerja guru yang relatif murah sudah ada dipasaran termasuk employee appraiser, review writer, performance now.
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh:
a.
kepala sekolah/pengawas sekolah
b.
dengan mengunakan rekan sesama guru
c.
komite penilaian
d.
penilaian diri
e.
penilaian dilakukan oleh guru kepada kepada
sekolah/atasan
f.
umpan balik 360 derajat[5]
Penilaian
kinerja guru tidak hanya berkisar
pada aspek karakter individu melainkan juga pada hal-hal yang menunjukkan
proses dan hasil kerja yang dicapainya seperti kualitas, kuantitas hasil kerja,
ketepatan waktu kerja, dan sebagainya. Apa yang terjadi dan dikerjakan guru merupakan sebuah
proses pengolahan input menjadi output tertentu. Atas dasar itu, terdapat tiga komponen penilaian kinerja ketua program keahlian,
yakni:
- penilaian input, yaitu kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dalam melakukan pekerjaannya. Orientasi penilaian input difokuskan pada karakteristik individu sebagai objek penilaian dalam hal ini adalah guru dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Komitmen tersebut merupakan refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru.
- penilaian proses, yaitu penilaian terhadap prosedur pelaksanaan pekerjaan. Orientasi pada penilaian proses difokuskan kepada perilaku guru dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan tanggung jawabnya, yakni melaksanakan fungsinya sebagai pendidik.
- penilaian output, yaitu penilaian terhadap hasil kerja yang dicapai dari pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Orientasi pada output dilihat dari siswa/murid[6].
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi, baik itu
organisasi non pendidikan maupun organisasi pendidikan. Mutu sendiri mempunyai
berbagai macam pengertian, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut:
Menurut Juran dalam M. N. Nasution (2001), mutu suatu produk adalah
kecocokkan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Crosby dalam M. N. Nasution (2001) menyatakan
bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan
standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses
produksi dan produk jadi.
Pendapat lain menurut Stanley Sutrisno (2010:8) mutu adalah “kesesuaian
antara produk atau jasa yang dihasilkan organisasi dengan persyaratan atau
kriteria yang ditetapkan oleh pelanggan”. Sedangkan Badan Standarisasi Nasional
(BSN) (2008) mengartikan mutu sebagai derajat yang dicapai oleh karakteristik
yang inheren dalam memenuhi persyaratan[7].
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan
kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan persyaratan yang diinginkan
pelanggan sehingga kepuasan pelanggan bisa terwujud.
Tiga tokoh penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran
dan Philip B. Crosby. Ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industri
produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri
jasa. Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang
isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun kontribusi mereka terhadap gerakan mutu
begitu besar dan memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan mengalami
kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran mereka.
Karya terpenting W. Edwards Deming, Out of the Crisis, dipublikasikan
pada tahun 1982. Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah
manjemen. Sementara Joseph Juran juga pelopor lain revolusi mutu Jepang. Dia
juga lebih diperhatikan di Jepang dari pada di tempat kelahirannya, Amerika.
Pada tahun 1981, kaisar Jepang memberikan anugerah bergengsi, Order of the
Sacred Treasure. Juran terkenal karena keberhasilannya menciptakan
"kesesuaian dengan tujuan dan manfaat". Ia dikenal sebagai
"guru" manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang
lebih luas. Dia yakin (sebagaiman juga Deming) bahwa kebanyakan masalah mutu
dapat dikembalikan pada masalah keputusan manajemen.
Sedangkan Philip Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat
menarik dan sangat kuat dalam mutu. Yang pertama adalah ide bahwa mutu itu
gratis. Menurutnya, terlalu banyak pemborosan dalam sistem saat mengupayakan
peningkatan mutu. Kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan
penundaan waktu – serta semua hal yang "tidak bermutu" lainnya – bisa
dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu. Ini adalah gagasan
"tanpa cacat" (Zero Defects)-nya yang kontroversial. Kedua ide
tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan.
Seperti halnya dengan kualitas, definisi Total Quality Mangement juga
bermacam-macam. Total Quality Mangement sebagaimana diungkapkan oleh Ishikawa,
diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah
holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas,
dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya diungkapkan oleh
Santoso, ia menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya manusia, proses dan
lingkungannya. Sebab, berdasarkan TQM, tolok ukur keberhasilan usaha bertumpu
pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya.
Untuk memudahkan pemahaman, maka pengertian TQM dapat dikemukakan sebagai
berikut: "Total Quality Managemen merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungannya.
Berdasarkan definisi-defini tentang TQM seperti di atas, Goetsch dan
Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality
management, sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan
internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal
menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses,
dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi
Terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang
menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan
kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi
atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan
Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat
diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen
jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru
dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru
pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja sama
Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang
menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik
antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan
masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan
Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa
dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem
atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara
terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan
dan Pelatihan
Dalam organisasi yang
menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.
Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada
akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam
perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan
Yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan
pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih
banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut
merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan
Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan
dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian
setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti
bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan
karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka
dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.
Evolusi gerakan total quality management (TQM) dimulai dari masa studi
waktu dan gerak oleh bapak manajemen ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920,
dengan mengangkat aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah, yaitu
adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.
TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak
dikembangkan di jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi
TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian
implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas
dari Eropa dan Asia. Soewarso Hardjosoedarmo mengungkapkan; hingga kini masih
banyak pembahasan tentang sejarah TQM yang hanya satu dimensional. Dalam hal
ini banyak pembahasan yang hanya mengungkapkan pengalaman di Jepang pada
awal-awal tahun sesudah PD II, di mana para guru bidang kualitas, Edwards
Deming dan Joseph Juran mengajarkan teorinya guna membangun kembali industri
Jepang, yang telah hancur. Ajaran tersebut disampaikan kepada
perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang. Ajaran para guru kualitas tersebut
dapat dipandang sebagai landasan atau basic TQM.
Landasan TQM adalah statistical process control (SPC) yang merupakan
model manajemen manufactur, yang pertama-tama diperkenalkan oleh Edward Deming
dan Joseph Juran sesudah PD II guna membantu bangsa Jepang membangun kembali
infrastruktur negaranya. Ajaran Deming dan Juran itu berkembang terus hingga kemudian
dinamakan TQM oleh US Navy pada tahun 1985. Kita ketahui bahwa TQM terus
mengalami evolusi, menjadi semakin matang dan mengalami diversifikasi untuk
aplikasi di bidang manufactur, industri jasa, kesehatan, dan dewasa ini juga di
bidang pendidikan.
Oleh karen itu mengikuti ajaran Deming, Juran dan Philip Crosby dalam
mengimplementasikan TQM memang perlu, tetapi belumlah cukup. Sebab TQM terus
mengalami evolusi, maka untuk menghayati state-of-the-art TQM perlu diketahui
juga kontribusi bidang manajemen dan organizational effectiveness dalam
membangun TQM sebagai dimensi yang lain. Kontribusi bidang tersebut merupakan
satu dimensi tersendiri yang dapat disebut sebagai akar TQM, antara lain
terdiri dari group dynamics, organization development (OD), sosiotechnical
system dan lain-lain. TQM yang dikenal sekarang ini banyak berbeda tekniknya
dengan apa yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1950-an dan yang pertama-tama
dikembangkan di Amerika pada tahun 1980-an. Penerapan TQM di berbagaii bidang
membutuhkan kerangka sendiri dalam manajemen kualitas.
Total quality management merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler
dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
a. Kepuasan Pelanggan
Memberikan kepuasan
kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dalam segala aspek, termasuk di
dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas
perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
Kualitas yang dihasilkan
suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang
diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan.
b. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang
berkelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreativitas yang unik. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber
daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia
berorientasi pada fakta, setiap keputusan didasarkan pada data, dengan mengacu
pada konsep prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation), dan bukan
sekedar pada perasaan (feeling).
d. Perbaikan
Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap
perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan
perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA
(plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap
hasil yang diperoleh[8].
Perbaikan
yang berkesinambungan merupakan salah satu unsur paling fundamental dari TQM.
Konsep perbaikan berkesinambung diterapkan baik terhadap proses produk maupun
orang yang melaksanakanya.
Manfaat TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi,
maupun bagi staf organisasi.
Manfaat TQM
bagi pelanggan adalah :
1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah
dengan produk atau pelayanan.
2. Kepedulian
terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan
pelanggan terjamin.
Manfaat TQM
bagi institusi adalah:
1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2. Staf lebih termotivasi
3. Produktifitas meningkat
4. Biaya turun
5. Produk cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM
bagi staf Organisasi adalah:
1. Pemberdayaan
2. Lebih terlatih dan berkemampuan
3. Lebih dihargai dan diakui
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan
oleh institusi di masa yang akan datang adalah:
1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya
sekedar
pengikut
(follower)
2. Membantu terciptanya tim work
3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap
perubahan
PENGUNAAN TQM DALAM PENILAIAN KINERJA GURU
MTQ
merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upaya
menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan
organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat
sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara.
Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar
seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin
kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan
penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi
tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam
organisasi.TQM dimulai dengan sebuah
usaha yang terus-menerus dalam meningkatkan sebuah layanan dan produk dari
sebuah organisasi. Kualitas atau mutu dari sebuah produk atau layanan akan
bergantung pada mutu yang ditambahkan dalam setiap proses. Karena itu, semua unsur
dari sebuah sistem akan menjadi instrumen dalam meraih kesuksesan. Apa yang
membentuk sebuah mutu pada akhirnya akan didefinisikan oleh pelangan/penguna
yang datang dari kalangan internal dan eksternal –dilingkungan sekolah,
pelangan/penguna tersebut adalah para siswa, orang tua, karyawan, guru,
komunitas, dan lain sebagainya. Penilaian terhadap sebuah hasil merupakan
sumber kekuatan yang memungkinkan sebuah organisasi meraih kemajuan secara
positif.
Dalam sebuah lingkungan TQM, para
guru harus dianjurkan untuk bertindak kolaboratif dan dilatih dengan beragam
pengetahuan, ketrampilan, serta sikap yang diperlukan untuk mampu menghasilkan
mutu. Proses penilaian guru akan mengindikasikan tingkat kepuasan pelangan dan
mutu sebuah produk serta layanan yang sudah diberikan. Umpan balik ini akan
mengindikasikan perubahan-perubahan dalam pelatihan yang dibutuhkan para guru,
perubahan dalam prosedur kerja, dan bahkan perubahan dalam spesifikasi mutu[10].
Pelaksanaan TQM dalam penilaian
kinerja guru berpedoman perbaikan berkesinambungan/ berbaikan secara terus
menerus dilakukan dengan PDCA sehingga adanya umpan balik secara terus menurus
dalam peningkatan mutu.
PDCA ( plan, do, check, act) yaitu[11]:
1.
Plan (Rencanakan) :
a.
Perencanaan ini
dilakukan untuk mengidentifikasi sasaran dan proses dengan mencari tahu hal-hal
apa saja yang tidak beres kemudian mencari solusi atau ide-ide untuk memecahkan
masalah ini. Tahapan yang perlu diperhatikan, antara lain: mengidentifikasi
pelayanan jasa, harapan, dan kepuasan pelanggan untuk memberikan hasil yang
sesuai dengan spesifikasi. Kemudian mendeskripsikan proses dari awal hingga
akhir yang akan dilakukan. Memfokuskan pada peluang peningkatan mutu (pilih
salah satu permasalahan yang akan diselesaikan terlebih dahulu). Identifikasikanlah
akar penyebab masalah. Meletakkan sasaran dan proses yang dibutuhkan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi.
b.
Mengacu pada aktivitas
identifikasi peluang perbaikan dan/ atau identifikasi terhadap cara-cara
mencapai peningkatan dan perbaikan.
c.
Terakhir mencari dan
memilih penyelesaian masalah.
2.
Do (Kerjakan) :
a.
Implementasi proses.
Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang telah disusun sebelumnya dan
memantau proses pelaksanaan dalam skala kecil (proyek uji coba).
b.
Mengacu pada penerapan
dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.
3.
Check (Cek) :
a.
Memantau dan
mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan melaporkan
hasilnya.
b.
Dalam pengecekan ada dua
hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan mengevaluasi proses dan hasil
terhadap sasaran dan spesifikasi.
c.
Teknik yang digunakan
adalah observasi dan survei. Apabila masih menemukan kelemahan-kelemahan, maka
disusunlah rencana perbaikan untuk dilaksanakan selanjutnya. Jika gagal, maka
cari pelaksanaan lain, namun jika berhasil, dilakukan rutinitas.
d.
Mengacu pada verifikasi
apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana peningkatan dan perbaikan yang
diinginkan.
4.
Act (Tindak
lanjuti) :
a.
Menindaklanjuti hasil
untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau seluruh
langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi
berikutnya.
b.
Menindaklanjuti hasil
berarti melakukan standarisasi perubahan, seperti mempertimbangkan area
mana saja yang mungkin diterapkan, merevisi proses yang sudah diperbaiki,
melakukan modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada,
mengkomunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan
yang dilakukan apabila diperlukan, mengembangkan rencana yang jelas, dan
mendokumentasikan proyek. Selain itu, juga perlu memonitor perubahan dengan
melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur.
c.
Merupakan respon
terhadap hasil verifikasi tersebut.
Tabel PDCA
Program TQM adalah program diseluruh organisasi yang memadukan semua
fungsi dan proses pendidikan seperti bahwa semua aspek pendidikan yang mencakup
perancangan, perencanaan, produksi, distribusi, dan jasa lapangan diarahkan
pada memperbesar kepuasan pelangan melalui perbaikan terus-menurus. Deming
mengatakan bahwa program-program tersebut dibangun berdasarkan sejumlah
prinsip, termasuk menghentikan ketergantungan pada inspeksi untuk mencapai
mutu; bertujuan untuk mencapai perbaikan yang berkesinambungan; melembagakan
pelatihan ekstensif di tempat kerja; melenyapkan ketakutan sehingga setiap
otang bisa bekerja efektif untuk lembaga; merincikan hambatan-hambatan antara
departemen menyingkirkan hambatan-yang mengalihkan para guru dari hak-hak
mereka dunia kerja (khususnya), menghilangkan penilaian jasa tahunan dan semua
bentuk manajemen berdasarkan sasaran; melembagakan berbagai program pendidikan
dan peningkatan diri.
Prinsip-prinsip
TQM dapat berlaku untuk merancang sistem manajemen kinerja berdasarkan TQM.
Sebuah sistem manajemen kinerja dapat didefenisikan sebagai sistem penilaian
kinerja yang tidak mendorong para manajer untuk memberikan ukuran-ukuran yang
salah atau salah arah dan sebagai gantinya memudahkan pembahasan berhubungan
dengan jabatan yang terbuka antara kepala sekolah dan guru
Karakteristik dari sistem kinerja
berdasarkan TQM mencakup beberapa hal:
- Satu skala penilaian relatif mengandung beberapa kategori dan menghindari satu distribusi terpaksa.
- Cara-cara yang obyektif untuk mengukr hasil, menghindari kriteria subyektif sperti kerja tim dan integritas
Satu determinasi apakah kemerosotan kinerja merupakan hasil dari (1)
motivasi guru (2) pelatihan yang tidak memadai (3) faktor-faktor (seperti
supervisi yang jelek yang berada di luar kontrol guru). Umpan balik 360 derajat
dari sejumlah sumber yang berbeda, tidak hanya para kepala sekolah melainkan
juga “siswa” internal dan mungkin eksternal guru[12].
PENUTUP
Indikator
dalam pencampaian dari tujuan pendidikan adalah mutu guru/pendidik yang
mempunyai empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Untuk menilai kinerja guru, sekolah dapat mengunakan metode TQM
dalam pencampaian mutu dalam peningkatan kualitas guru. Total
Quality Management (TQM) merupakan pengelolaan
kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan dan kualitas dijaga oleh seuluruh
pihak. TQM menekankan pada berbaikan kualitas secara berkesinambungan
untuk memenuhi keinginan pelanggan. Komponen yang terus diperbaiki adalah
orang, peralatan, bahan, dan prosedur. Proses perbaikan melalui tahap Plan,
Do, Check, Act atau yang dikenal dengan lingkaran manajemen kualitas PDCA.
Isi utama dari program TQM meliputi pemilihan standar produk/jasa,
pengelolaan biaya kualitas, memberikan kinerja terbaik dalam mengelola
kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Gary Desssler, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1998)
James J. Jones & Donald L. Walters, Human
Resource Management In Education Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Qmedia, 2008)
http://elimaslikhah.blogspot.com/2010/11/coba.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/07/pengertian-dan-dimensi-mutu.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
http://www.psb-psma.org/content/blog/7941-kinerja-guru-dan-penilaian-kinerja
diunduh tanggal 11 juni 2013
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-kinerja/
diunduh tanggal 1 juni 2013
http://zaeparmas.blogspot.com/2011/04/kompetensi-dan-motivasi-pengaruhnya_24.html
diunduh tanggal 1 juni 2013
http://teori-mgt-ian.blogspot.com/2011/01/pengertian-kinerja_20.html
diunduh tanggal 1 juni 2013
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/31/kolaborasi-pengawas-kepala-sekolah-dan-guru-sebuah-upaya-untuk-memperbaiki-dan-meningkatkan-kinerja-guru-406123.html
diunduh tanggal 11 juni 2013
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/plan-do-check-act-Pengertian-Konsep-dan-Manfaat-Plan-Do-Check-Act-PDCA
diunudh tanggal 11 juni 201
[2]http://teori-mgt-ian.blogspot.com/2011/01/pengertian-kinerja_20.html
diunduh tanggal 1 juni 2013
[3]
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-kinerja/
diunduh tanggal 1 juni 2013
[4] http://zaeparmas.blogspot.com/2011/04/kompetensi-dan-motivasi-pengaruhnya_24.html
diunduh tanggal 1 juni 2013
[5]
Gary Desssler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Prenhallindo,
1998) Hal.2-28
[6]
http://www.psb-psma.org/content/blog/7941-kinerja-guru-dan-penilaian-kinerja
diunduh tanggal 11 juni 2013
[7] http://www.pendidikanekonomi.com/2012/07/pengertian-dan-dimensi-mutu.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
[8]
http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
[9] http://elimaslikhah.blogspot.com/2010/11/coba.html
diunduh tanggal 10 juni 2013
[10] James J. Jones & Donald L. Walters, Human
Resource Management In Education Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Qmedia, 2008) Hal 224-225
[11]
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/plan-do-check-act-Pengertian-Konsep-dan-Manfaat-Plan-Do-Check-Act-PDCA
diunduh tanggal 11 juni 2013
[12]
Gary Desssler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Prenhallindo,
1998) hal. 33-35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar