PEMASARAN
JASA PENDIDIKAN SEKOLAH, MADRASAH, DAN PESANTREN
Makalah Ini Disusun Untuk Ujian
Akhir Semester Mata Kuliah
Manajemen Berbasis Pesantren, Madrasah, Sekolah
Dosen Pengampu: Dr. Imam Machali, S.Pd.I, M.Pd
Oleh:
Qiyadah
Rabbaniyah
NIM
1220411206
Email: qrobbaniyah@yahoo.com
MKPI UIN SUKA Yogyakarta
ABSTRAK
Qiyadah
Robbaniyah, 2014, “Pemasaran Jasa Pendidikan Sekolah, Madrasah, Dan
Pesantren”
Pemasaran pendidikan merupakan langkah
pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya
persaingan untuk memperoleh customer.
Langkah awal dalam melakukan strategi pemasaran jasa pendidikan (1) melihat
target pasar setelah jelas targetnya siapa, (2) mengunakan diferensiasi baik
produk, layanan promosi yang dapat membedakan dengan produk lain, (3) karena
setiap segmen konsemen membutuhkan bauran pemasaran yang berbeda-beda baik dari
promosi dan apa yang dibutuhkan berbeda-beda maka kita harus jeli dan
menyesuaikan cara bauran pemasaran yang cocok dalam segmen yang kita tuju agar
target konsumen yang kita tuju dapat mengena dengan tepat. (4) melakukan pelayanan sebaik
mungkin dengan tetap terus melakukan inovasi-inovasi berkelanjutan. (5) dengan
terciptanya brand yang dibangun dari awal mulai kegiatan pemasara maka
akan memudahkan dan dapat memberi kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
sehingga munculnya loyalitas konsumen terhadap lembaga pendidikan.
Kata Kunci: pemasaran, sekolah,
diferensiasi, bauran pemasaran
PENDAHULUAN
Setiap kali kita
mendengar kata pemasaran (marketing), maka pemikiran
kita selalu tertuju kepada dunia bisnis. Hal ini wajar karena kata atau istilah
marketing tersebut seringkali muncul dan berkembang di kalangan bisnis,
baik bisnis jasa maupun bisnis manufaktur. Lalu, timbul pertanyaan apakah perlu
memasarkan sekolah
Pemasaran untuk lembaga
pendidikan (terutama sekolah) mutlak diperlukan.Pertama, sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang jasa
pendidikan, untuk level apa saja, kita perlu meyakinkan masyarakat dan
“pelanggan” (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa
lembaga pendidikan yang kita kelola masih tetap eksis. Kedua, kita perlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan” bahwa
layanan jasa pendidikan yang kita lakukan sungguh relevan dengan kebutuhan
mereka. Ketiga, kita perlu melakukan
kegiatan pemasaran agar jenis dan macam jasa pendidikan yang kita lakukan dapat
dikenal dan dimengerti secara luas oleh masyarakat, apalagi pelanggan” kita. Keempat, agar eksistensi pendidikan yang
kita lembaga kelola tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta pelanggan”
potensial Dengan “demikian, kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis
agar lembaga-lembaga pendidikan yang kita kelola mendapatkan peserta didik atau
murid, melainkan juga merupakan bentuk tanggung jawab (accountability)
kita kepada masyarakat luas (publik) akan layanan jasa pendidikan yang telah,
sedang, dan akan kita lakukan[1].
Dewasa ini, persaingan antar sekolah
dengan adannya berbagai upaya kreatif dan ditawarkan inovatif dari
para penyelenggara pendidikan kelompok untuk terus
menggali “keunikan dan
keunggulan” sekolahnya agar
semakin dibutuhkan dan diminati
oleh para pengguna jasa pendidi kan. Masuknya
sekolah-sekolah unggulan dengan
kurikulum bertaraf internasional serta lahirnya sekolah negeri maupun sekolah
swasta yang menawarkan beranekaragam keunggulan fasilitas bahkan dengan
biaya yang relatif terjangkau,
akan menambah maraknya persaingan di dalam dunia pendidikan. Kegiatan
pemasaran di dalam dunia
pendidikan yang dulu dianggap
tabu karena berbau bisnis dan cenderung
profit oriented, sekarang
sudah dilakukan secara terbuka dan terang-terangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan diidentifikasi, paling tidak ada
tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih suatu lembaga
pendidikan, yaitu cita-cita atau gambaran hidup masa depan, nilai-nilai
(agama), dan stasus sosial[2].
Pengelolaan pendidikan
harus menyongsong peluang yang muncul dan sekaligus tanggap terhadap tantangan
yang menghadang. Hasil dari pelaksanaan pemasaran jasa pendidikan dimana
pelangan pendidikan akan memberikan loyalitas yang tinggi untuk tidak bisa
berpaling pada lembaga lain. Hal itu akan menciptakan (1) pelangan yang selalu
membeli atau memakai secara teratur program yang diluncurkan oleh lembaga (2)
pelangan membeli diluar lini produk/jasa (3) merekomendasikan produk kepada
orang lain (4) menunjukkan kekebalan dari daya tarik produl sejenis dari
pesaing[3].
Lembaga pendidikan baik sekolah, madrasah, dan pesntren harus
memiliki “branding” yang baik dan berusaha mempertahankannya untuk tetap
eksis menghadapi persaingan antar-perguruan tinggi yang semakin ketat. “Branding”
adalah sebuah proses memperkenalkan “brand” sampai bagaimana lingkungan
memberikan penilaian yang baik pada “brand” tersebut. Perguruan tinggi
yang tidak memiliki “branding” baik akan dilupakan oleh konsumennya.
PEMBAHASAN
Pengertian
pemasaran dalam pendidikan
Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan melalui pertukaran
dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Proses pemasaran
sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan manajerial. Akibat dari berbagai pengaruh tersebut masing-masing
individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (cimodity
values)[4].
Menurut Duglas W. Fuater, pemasaran
adalah fungsi manajeman yang mengorganisasi dan menguruskan semua kegiatan
perusahan yang meliputi penilaian dan pengubahan daya beli konsumen menjadi
permintaan yang efektif akan suatu barang atau jasa, serta penyampaian barang
atau jasa tesebut kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan
dapat mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkan.
Dengan demikian pemasaran dalam pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu prose sosial dan manajerial yang mana idividu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara
menciptakan serta saling menukar dan memanfaatkan jasa (kualitas dan kuantitas
sekolah/lembaga pendidikan serta system pengajaran yang telah ditawarkan dalam
kegiatan promosi atau penjualan) dengan pemakai jasa pendidikan (orang tua
siswa/wali murid)[5]. Atau
dikatan bahwa pemasaran jasa pendidikan merupakan kegiatan lembaga pendidikan
memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara
yang memuaskan[6].
Karakteristik
Jasa Pendidikan
Kotler seorang ahli
pemasaran mengemukakan pengertian jasa adalah “a service is any act or
performance that one party can offer to another that is essentially intangible
and does not result in the ownership of anything. Its production may or may
not be
tied to a
physical product”. Maksudnya
jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh satu pihak pada pihak yang
lainnya yang secara prisip tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepindahan
kepemilikan.
Berdasarkan definisi di
atas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan sebagai produk jasa merupakan
sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang
diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana
proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna
jasa yang mempunyai sifat tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan
Jasa pendidikan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Lebih bersifat
tidak berwujud dari pada berwujud (more intangible than tangible);
2.
Produksi dan
konsumsi bersamaan waktu (simultananeous production and consumption);
3.
Kurang memiliki standar dan keseragaman (less
standardized and uniform).
Dalam dunia pendidikan,
bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah orang, yang memiliki ciri khas yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. pelayanan jasa pendidikan antara satu
dengan yang lainnya berbeda. Dengan melihat karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan
diterima setelah melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi
oleh siapa, kapan dan dimana jasa
tersebut diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan
akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut terlaksana.
Siapa, menunjukkan
tenaga pendidik dan kependidikan, artinya semakin tinggi kualitas dari
penyampai pendidikan maka semakin tinggi juga kualitas proses pendidikan tersebut.
Dimana, merupakan lokasi jasa pendidikan tersebut disampaikan, tentu saja hal
ini akan mempunyai arti yang luas namun intinya adalah lingkungan yang kondusif
akan mempengaruhi tinginya kualitas
proses pendidikan. Kapan, menunjukkan waktu yang paling tepat dilaksanakan
proses pendidikan sehingga proses tersebut berkualitas[7]
Unsur Utama
Dalam Pemasaran
Unsur utama
dalam pemasaran dapat diklasifikasikanmenjadi tiga unsur utama yaitu:
a.
Unsur strategi
persaingan (mind share strategy) meliputi:
1)
Segmentasi
pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi antara konsumen secara terpisah
2)
Targetting,
yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.
3)
Positioning, penetapan
posisi pasar.
b.
Unsur tatktik
pemsaran (market share tactic) meliputi:
1)
Selling
yang terkait dengan penjualan
2)
Differensial,
yang terkait dengan cara membangun strategi pemasaran di berbagi aspek lembaga.
3)
Bauran pemasaran
(marketing mix), terkait dengan kegiatan mengenai produk, harga,
promosi, dan tempat
c.
Unsur nilai
pemasaran (heart share) yang berkaitan dengan brand, servise, dan
process. Dalam nilai pemasaran, merek (brand) mempunyai arti penting
bagi konsumen diantara:
1)
Sebagai
identifikasi untuk membedakan antara satu produk dengan produk lain
2)
Sebagai garansi
atas kualitas dan kinerja dari produk yang akan dibeli.
3)
Merek memberi
status atau image seseorang.
4)
Merek meberi
arti emosional[8].
No
|
Unsur utama Pemasaran
|
Indikator
|
1
|
Strategi Persaingan
|
|
|
||
|
||
2
|
Taktik Pemasaran
|
|
|
||
|
||
3
|
Nilai Pemasaran
|
|
|
||
|
Konsep
Inti Pemasaran
Konsep
inti pemasaran ada dua belas poin penting yaitu:
1.
Kebutuhan,
konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.
2.
Keinginan,
bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual
dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan
memuaskan kebutuhan mereka adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik.
3.
Permintaan,
dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut,
akhirnya manusia menciptkan permintaan akan produk atau jasa dnegan manfaat
yang paling memuaskan.
4.
Produk
(organisasi, jasa, ide), sejalan dengan munculnya kebuthan, keinginan dan
permintaan, organisasi/lembaga/perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya.
Mereka melakukan riset pemasaran, mengamati,perilaku konsumen, menganalisa
keluhan yang dialami konsumen, mencari jawaban produk atau jasa yang disukai.
Dengan kegiatan tersebut akhirnya perusahaan/lembaga dapat menawarkan segala
sesuatu kepada pasar untuk diperhatika, untuk dikonsumsi sehingga konsumen
dapat memuaskan kebutuhan sekaligus keinginanya, sesuatu tersebut di sebut
produk. Produk tidak hanya mencakup fisik tetapi juga jasa, orang, tempat,
organisasi ataupun gagasan.
5.
Nilai pelangan,
konsumen membuat pilihan membeli berdasarkan pada persepsi mereka mengenai
nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa.
6.
Kepuasan
pelangan, kepuasan pelangan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja sesuai atau
melebihi harapan pembeli, maka pembeli merasa puas dan sebaliknya.
7.
Pertukaran,
adalah tindakan untuk memperoleh barang yang dikehendakidari seseorang dengan
menawarkan sesuatu sebagai imbalan.
8.
Transaksi,
adalah perdagangan antara dua pihak, yang paling sedikit melibatkan dua macam
nilai, persetujuan mengenai kondisi, waktu dan tempat.
9.
Hubungan, adalah
proses menciptakan, memelihara, dan meningkatkan hubungan erat yang smakin
bernilai dengan pelangan dan pihak-pihak yang berkepentingan yang lain.
10.
Jaringan,
terdiri dari perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung.
11.
Pasar, terdiri
dari semua pelangan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu
yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan itu
12.
Pemasaran dan
calon pembeli, Seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan
terlibat dalam pertukaran tersebut[9].
Konsep
Pemasaran Jasa Pendidikan
Konsep yang dijalankan
sebuah organisasi atau lembaga pendidikan antara lain[10]:
1.
Konsep Produksi
Konsep
ini berpandangan bahwa perusahaan membuat produksi sebanyak-banyaknya. Dengan
produksi massal ini akan diperoleh efisiensi dalam pemakaian input dan
efisiensi dalam proses produksi. Kemudian perusahaab akan dapat menetapkan
harga jual lebih murah dari sainganya. Hal ini sejalan dengan keinginan
konsumen, agar mereka mudah memperoleh barang yang mereka butuhkan, mereka bias
membeli dibanyak tempat dan harganya tidak mahal.
Jika hal ini
diterapkan dalam jasa pendidikan, bukan berarti lembaga pendidikan mengahasilkan
lulusan seacara missal dengan mengabaikan mutu, kemudian menurunkan uang
kuliah, agar lebih banyak peminat pendidikan. Konsep produksi dalam jasa
pendidikan harus tetap memegang teguh peningkatan lulusanya, dan uang kuliah
tidak terlalu tinggi. Barangkali jasa tes untuk masuk Sekolah/ madrasah dan
pesantren bukan saja ditempat sekolah tersebut berada, tetapi dilaksanakan di
seluruh perwakilan di seluruh Indonesia atau dengan online[11].
2.
Konsep Produk
atau Jasa
Konsep ini
berpegang teguh bahwa konsumen atau pemakai jasa pendidikan akan menyanyangi
serta lebih memperhatikan terhadap jasa yang ditawarkan dengan standar mutu dan
kinerja yang paling baik serta keistimewaan yang mencolok. Oleh karena itu
lembaga pendidikan harus mencurahkan upaya terus-menurus dalam perbaikan
pelayanan jasa.
3.
Konsep Penjualan
Konsep penjualan
menyatakan konsumen tidak akan membeli serta mencoba jasa yang ditawarkan
terkecuali lembaga pendidikan menjalankan suatu promosi dan penjualan yang
kokoh. Oleh karena itu diperlukan berbagai teknik penjualan yang sempurna untuk
mendapatkan konsumen-konsumen yang baik
4.
Konsep Pemasaran
kemasyarakatan
Konsep pemasaran
kemasyrakatan menyatakan bahwa tugas sebuah organisasi adalah menentukan
kebutuhan, keinginan dan minat pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan
secara lebih efektif serta lebih efisien dibandingkan para pesaing sehingga
dapat mempertahankan dan meningkatkan keperayaan masyarakat[12].
Marketing
Mix (Bauran Pemasaran) Jasa Pendidikan
Lupiyoadi &Hamdani mengatakan
bahwa bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang terdiri dari atas
berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang diterapkan dapat
berjalan sukses. Dalam konteks pendidikan Bauran pemasaran (marketing mix)
adalah unsur-unsur yang sangat penting dan dapat dipadukan sedemikan rupa
sehingga dapat menghasilkan strategi yang dapat digunakan untuk memenangkan
persaingan[13].
Pemasaran pendidikan mempunyai mengandung tujuh elemen pokok yaitu:
Pertama, product, merupakan
hal yang paling
mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan
bagi masyarakat. Produk pendidikan merupakan segala sesuatu
yang dapat ditawarkan
kepada masyarakat yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Produk itu
sendiri terbagi atas lima tingkatan yaitu : (1) core benefit merupakan manfaat dasar
yang sebenarnya dibeli oleh customer, dalam hal ini adalah pendidikan; (2) basic product
atau versi dasar
dari suatu produk
dalam hal ini
misalnya pengetahuan dan
keterampilan yang memiliki cirri khas; (3) expected product yaitu
sejumlah atribut yang menyertai diantaranya adalah kurikulum, silabus,
tenaga pendidik dan
sebagainya; (4) augmented product merupakan produk yaitu sejumlah atribut yang menyertai
diantaranya adalah kurikulum, silabus, tenaga
pendidik dan sebagainya;
(4) augmented product
merupakan produk tambahan dengan
tujuan agar berbeda
dengan produk pesaing,
misalnya output dari lembaga
tersebut mampu berbahasa
inggris baik lisan
maupun tulisan, computer, bahasa
arab dan sebagainya;
(5) potensial product yaitu seluruh tambahan
dan perubahan yang
mungkin didapat produk
tersebut adalah pengakuaan lulusan lembaga tersebut dari dunia kerja.
Kedua, price (harga),
merupakan elemen yang
berjalan sejajar dengan
mutu produk, dimana apabila
mutu produk baik,
maka calon siswa/mahasiswa berani membayar
lebih tinggi sepanjang
dirasa dalam batas
kejangkauan pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang sekarang
dikembangkan oleh beberapa
perguruan tingggi adalah
skiming price artinya
adalah memasang harga yang
setinggi-tingginya pada saat
mulai dipasarkan dengan
jaminan bahwa produk yang
ditawarkan memang berkualitas
tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya. Akan tetapi ketika hendak menetapkan harga
sebaiknya lembaga pendidikan memperhatikan sasaran yang hendak dicapai yaitu : (1) sasaran yang
berorientasi pada keuntungan
yang bertujuan untuk mencapai target pengembalian investasi, untuk
memperoleh laba maksimum; (2) sasaran
yang berorientasi pada penjuala yang bertujuan meningkatkan
volume penjualan, mempertahankan/meningkatkan market share, dan
(3) sasaran yang berorientasi status quo yang bertujuan untuk
menstabilkan harga dan menghadapi pesaing[14].
Ketiga, people (SDM),
People
(SDM) dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang terlibat dalam proses
penyampaian jasa pendidikan seperti Tata Usaha (TU), kepala sekolah, guru,
karyawan (pendidik dan tenaga kependidikan). Dalam PP 19 tahun 2005 tentang SNP
dinyatakan bahwa Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah criteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan. Sumberdaya pendidikan dan tenaga kependidikan ini sangat penting
bahkan menjadi ujung tombak dalam proses pemberian layanan pendidikan kepada
para siswa dalam lembaga pendidikan. Misalnya teknik mengajar yang tidak
monoton, kemampuan penguasaan teknologi, metode pengajaran yang menyenangkan,
kemampuan member motivasi dan lain-lain[15].
Keempat, place (lokasi/tempat) adalah letak lokasi
sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting, karena lingkungan dimana
jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat
jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan. Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor: (1)
akses yaitu kemudahan mencapai lokasi;
(2) vasibilitas yaitu
lembaga tersebut dapat
terlihat dengan jelas
keberadaan fisiknya; (3)
lalu lintas dalam
arti tingginya tingkat
kemacetan akan mempengaruhi minat customer terhadap jasa tersebut; (4)
tempat parkir yang luas; (5)
ketersediaan lahan untuk
kemungkinan perluasan usaha;
(6) persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita; (7)
ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan
sesuai dengan standar
pelayanan minimum yang harus di anut oleh setiap lembaga pendidikan.
Kelima, promotion (promosi) merupakan
suatu bentuk komunikasi
pemasaran yaitu aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas lembaga dan
produknya agar bersedia
menerima, membeli dan
loyal pada produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut.
Ada beberapa teknik
promosi yng dapat dilakukan oleh lemba pendidikan diantarannya (1) Publikasi di
surat kabar (2) iklan di radio (3) memasang spanduk (4) brosur (5) bulletin (6)
televise (7) publikai di radio (8) publikasi di surat kabar (9) mengundang masyarakat
(10) mengundang pelajar (11) logo (12) mengundang pejabat (13) kunjungan ke
sekolah sebelumnya[16].
Tujuan promosi dalam konteks pemasaran adalah: (1)
membangun kepedulian dan
ketertarikan terhadap produk
jasa dan lembaga penyedia jasa,
(2) membedakan jasa yang ditawarkan dan lembaga dari pesaing,
(3) mengkomunikasikan dan
menggambarkan kelebihan dari jasa
yang tersedia/lembaga penyedia
jasa tersebut, (4) membujuk custome untuk membeli dan menggunakan jasa
tersebut. Promosi ini lebih diarahkan pada
penyedia jasa pendidikan
sehingga pengaruh image
tersebut berperan penting terhadap penjatuhan pilihan customer. Promosi yang berlebihan mempunyai
hubungan korelatif yang negatif terhadap daya tarik peminat.
Keenam, physical evidence (bukti
fisik),
merupakan sarana dan
prasarana yang mendukung proses penyampaian
jasa pendidikan sehingga
akan membantu tercapainya janji
lembaga kepada pelanggannya.
Ketujuh, process (poses) Dengan demikian proses penyampaian jasa pendidikan merupakan
inti dari seluruh
pendidikan, kualitas dalam
seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat
penting untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai
bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbentuk
akan membentuk sirkulasi dalam merekrut
pelanggan pendidikan[17].
No
|
Komponen
|
Sub Variabel
|
Indikator-Indikator
|
1
|
Produk Jasa PT
|
Pilihan Konsentrasi
|
Variasi Pilihan
|
Nama PT
|
Reputasi, Prospek PT
|
||
2
|
Harga Jasa PT
|
Penetapan Harga
|
Spp, Biaya Pembagunan, Biaya
Laboratorium
|
Discount
|
Beasiswa
|
||
Pembayaran
|
Prosedut Pembayaran
|
||
Syarat Kridit
|
Syarat Kridit
|
||
3
|
Lokasi Jasa PT
|
Lingkungan
|
Dekat Dengan Pusat Kota, Luas
Lahan Parkir Dan Kondusif
|
Transportasi
|
Angkutan Umum Dan Tingkat
Kemacetan Rendah
|
||
4
|
Promosi Jasa PT
|
Advertising
|
Iklan, TV, Radio, Billbord, Brosur
|
Promosi Penjualan
|
Pameran, Invitasi
|
||
Penjualan Tatap Muka
|
Kontak Langsung
|
||
Hubungan Masyarakat
|
Kegiatan Hubungan Masyarakat
|
||
5
|
Person/SDM Jasa PT
|
Administrator
|
Kompetensi Administrasi Yang
Profesional
|
Dosen
|
Kompetensi Dosen Yang Profesional
|
||
Karyawan
|
Kompetensi Karyawan Yang
Profesional
|
||
6
|
Bukti Fisik/Sarana Prasarana Jasa
PT
|
Gaya Bangunan
|
Kesesuai Gaya Estetika Dan
Fungsional
|
Fasilitas Penunjang
|
Sarana Pendidikan, Peribadatan,
Olahrga, Dan Keamanan
|
||
7
|
Proses/Jasa PT
|
Kualitas Jasa KBM
|
Proses KBM
|
Kualitas Jasa Administrasi
|
Reliabilty, Responsibility,
Assurance, Dan Emphaty
|
Yang membedakan dalam bauran
pemasaran di setiap segmen tertentu/konsumen tertentu adalah gradasinya,
penyampaianya, persentasi yang dimunculkan. Karena setiap segmen tertentu/konsumen tertentu membutuhkan
bauran pemasaran berbeda-beda.
Pada gambar berikut dapat
dilihat penerapan strategi P1-P7 yang diarahkan kepada publik, guna menjaring
pelamar, yang kemudian akan diseleksi, dan mendapatkan calon siswa baru yang
berkemampuan akademik dan juga berkemampuan ekonomi.
|
Senyum
dan Kepuasan Pelanggan Pendidikan
Senyum dan
kepuasan pelanggan didorong
oleh prinsip bahwa pelanggan adalah
asset utama, pelanggan
merupakan sosok terpenting
bagi organisasi, karena begitu
pentingnya pelanggan memuaskannya adalah - sebuah
keniscayaan, sehingga dengan
kepuasan yang mereka
rasakan akan membuat mereka
tersenyum. Senyum, merupakan salah
satu pembentuk rasa
kepuasan terhada pelanggan. Senyum
yang penuh ketulusan
karena merasa puas
akan terasa berbeda dengan
senyum dipaksakan. Senyum terpaksa
memang hanya basa- basi. Auranya terasa
hambar dan tidak
memberikan efek positif bagi peningkatan penjualan.
Meski pelanggan kita
tersenyum, senyum itu hanya menggambarkan pancaran
pribadinya yang baik.
Sedangkan senyum karena
puas terhadap pelayanan dan produk yang kita jual, itu belum tentu.
Senyum karena merasa puas
menikmati produk dan pelayanan sangat berdampak positif
bagi perusahaan. Image
perusahaan akan terangkat
dan nilai penjualan akan terdongkrak.
Senyum tulus pelanggan ibarat bola-salju. Senyum-senyum lainnya akan
terus bergulir manakala
kita tetap menjaga kualitas produk dan pelayanan.
Senyum itulah yang akan menjadi
promotor kita kepada masyarakat.
Tanpa mengeluarkan biaya
berarti, pelanggan kita yang
tersenyum akan mempromosikan produk kita
kepada temannya, tetangga, hingga
mitra bisnisnya. Pelanggan adalah asset utama. Keberadaannya di
tengah-tengah kita (perusahaan) sangat
berarti. Buatlah mereka tersenyum. Karena senyum pelanggan
adalah senyum anda juga[18].
Kata kepuasan dari
bahsa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau
membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemunuhan sesuatu atau
membuat sesuatu memadai[19].
Zeithamlmenyatakan bahwa “satisfaction is the consmer`s fulfikkment
response. It is judgement that a product
pleasurable level of consumption related fullfilment”. Jadi dapat
ditegaskan bahwa kepuasan merupakan respon konsumen yang sudah terpenuhi
keinginannya tentang pengunaan barang atau jasa yang mereka pakai[20].
Menurut Mulyasa yang
harus dilakukan agar pelangan merasa puas, yakni layanan yang sesuai dengan
yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance),
iklim sekolah/kampus yang kondusif (tangible), memberikan perhatian
penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap
kebutuhan peserta didik (responsibility)[21].
Menurut panduan Manajemen Sekolah, sekolah/kampus dikatakan berhasil
jika mampu memberikan layanan sama atau melebihi harapan.
Tabel
Indikator kepuasan pelangan pendidikan sekolah, madrasah, pesantren[22]
No
|
Komponen
|
Indikator-Indikator
|
1
|
Karakteristik
barang dan jasa
|
Nama
lembaga pendidikan yang dikenal, staf pengajar yang kompeten, dan hubungan dengan lembaga luar
|
2
|
Emosi
pelangan
|
Motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
|
3
|
Persepsi
terhadap pelayanan
|
Penerimaan
pelayanan oleh siswa
|
4
|
Pelangan
lainya
|
Penyebarluasan
informasi
|
5
|
Atribut-atribut
pendukung
|
Promosi
di bidang jasa lembaga pendidikan, lulusan yang dihasilkan, dan
prestasi-prestasi yang dicapai
|
6
|
Manfaat
|
Fungsional
|
7
|
Biaya
|
Moneter
Waktu
Energi
dan fisik
|
Ada beberapa cara untuk
mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan diantaranya
adalah penerapan teknik penelitian pasar dalam Total Quality Management (TQM),
yang mengharuskan adanya suatu pendekatan secara menyeluruh dalam meningkatkan
kualitas produk, mulai dari proses pembuatan, hasil jadi, pengiriman, dan
pelayanan yang terus menerus[23].
Strategi
dan Komunikasi Pemasaran
Dalam bidang pendidikan
diperlukan tiga konsep strategi pemasaran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
(1) Distinctive competence, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar
dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dari pada pesaing; (2) Competitive
advantage, yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih
unggul dibandingkan dengan pesaingnya, (3) melalui strategi differensiasi
(keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan
untuk merebut peluang pasar).
Strategi differensiasi merupakan
salah satu dari tiga strategi pemasaran sebagai strategi bersaing, yaitu:
1. Differensiasi,
Adalah strategi memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan
penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan
perusahaan mempunyai jasa atau produk
yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan
pesaing. Strategi differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu
pada konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kerja, inovasi produk,
pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan lain-lain.
2. Keunggulan
biaya (low cost),
Adalah
strategi mengefisienkan seluruh
biaya produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih
murah dibandingkan pesaing. Strategi harga murah ini fokusnya pada harga, jadi
biasanya produsen tidak terlalu perduli dengan berbagai faktor pendukung dari
produk ataupun harga yang penting bisa menjual produk atau jasa dengan harga
murah kepada konsumen. Warung Tegal misalnya mengandalkan strategi harga.
Mereka tidak perduli dengan kenyamanan orang ketika makan, bahkan juga dengan
kebersihan, yang penting bisa menawarkan menu makanan lengkap dengan harga yang
bersain
3. Fokus (Focus),
Adalah
strategi menggarap satu target market khusus. Strategi fokus biasanya dilakukan
untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai karakteristik khusus. Beberapa
produk misalnya hanya fokus ditargetkan untuk kaum muslim sehingga semua
produknya memberikan benefit dan fungsi yang disesuaikan dengan aturan Islam.
Produk yang fokus pada target market kaum muslim biasanya selalu mensyaratkan
label halal, tanpa riba, dan berbagai
aturan lain yang disesuaikan dengan ketentuan Islam.
Pengelola sekolah
hendaknya dapat mengkomunikasikan pesan-pesan pemasaran sekolah yang diharapkan
pasar. Sekolah sebagai lembaga ilmiah akan lebih elegan apabila bentuk-bentuk
komunikasi disajikan dalam bentuk/format ilmiah, seperti menyelenggarakan
kompetensi bidang studi, forum ilmiah/seminar dan yang paling efektif adalah
publikasi prestasi oleh media independen seperti berita dalam media massa,
komunikasi yang sengaja dilakukan sekolah dalam bentuk promosi atau bahkan
iklan sekalipun perlu menjadi pertimbangan. Bentuk dan materi pesan agar dapat
dikemas secara elegan namun menarik perhatian agar sekolah tetap dalam image sekolah sebagai pembentuk karakter
dan nilai yang baik
Publikasi yang sering
dilupakan namun memiliki pengaruh yang kuat adalah promosi “mouth to mouth” (mulut ke mulut). Alumni
yang sukses membagi pengalaman (testimony)
atau bukti keberhasilan sekolah.
Komunikasi pemasaran
pendidikan dapat mengunakan strategi komunikasi pro-aktif (proactive strategies). Khusus
yang berkenaan dengan
action strategy, terdiri dari:
1. Organizational
performances, meyakinkan publik
bahwa organisasi memiliki
kualitas yang terbaik bagi konsumen, yakni dengan membuktikan atau
mengkomunikasikan bahwa sekolah kita
adalah yang berkualitas.
2. Audience
participation, menggunakan taktik komunikasi dua arah
dan melakukan aktivitas dari publik yang berkepentingan untuk secara langsung
melakukan kontak dengan produk atau jasa yang dihasilkan organisasi,
diantaranya dengan cara memberikan kesempatan kepada audience memberikan
feedback atas pesan yang sudah disampaikan dalam rangka melakukan outside in,
misalnya dengan diadakannya survey untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang
sekolah. Special events , misalnya dengan mengadakan mengadakan open house di
sekolah yang ditujukan kepada masyarakat umum, dan mengikuti education expo
dan melakukan education gathering seperti seminar dan workshop dengan pembicara tokoh pendidikan untuk
memberikan penyuluhan tentang pentingnyan sebuah pendidikan.
3. Aliances and coalitions,
misalnya dengan melakukan kerja sama (aliansi) ;dengan sekolah lain.
4. Sponsorship, untuk kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan tujuan ataupun sasaran program, dalam hal ini kegiatan
yang dilakukan oleh target market, yakni dengan memberikan sponsor pada
acara pentas seni sekolah.
5. Strategic philanthropy,
ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan berupa reputasi yang baik atau biasa
disebut dengan corporate social responsibility (CRS), yakni dengan
memberikan beasiswa berupa beasiswa penuh dan beasiswa berupa potongan 50%
biaya sekolah untuk anak-anak berprestasi di sekolah dan yang tidak mampu[24].
Inovasi Pemasaran
Sebenarnya tidak
terlalu berlebihan jika ada yang menyatakan bahwa ada 1001 cara untuk menjual produk
apapun itu, jasa maupun non jasa. Masalahnya adalah kena sudah dicoba dengan berbagai
cara penjualan tidak juga meningkat bahkan cenderung menurun. Apalagi kalau
penjualan tak kunjung ada, sudah dipastikan akan muncul vonis bahwa barang
tidak bisa dijual, lebih spesifik bisa dirangkum dalam satu kata
"gagal". Seperti yang diungkapkan pada tulisan sebelumnya bahwa salah
satu cara pengembangan pasar adalah membangun tiga jaringan. Namun ternyata itu
saja tidak cukup ada hal lain yang penting kita lakukan.
Arifin Isnaini
mengungkapkan bahwa langkah awal dalam memasarkan produk adalah:
Pertama; kenali terlebih dahulu karakter produk
dan karakter konsumen yang akan dijadikan sasaran. Kedua karakter ini akan
menentukan secara efektif terhadap banyak hal dalam pengambilan keputusan dan
strategi pemasaran.
Kedua; pilihlah sistem pemasaran, jaringan distribusi
dan tentunya kebijakan-kebijakan yang tepat. Dengan demikian langkah yang akan
diambil dalam strategi pemasaran akan lebih jelas dan terfokus. Pemahaman
karakter produk dan karakter konsumen sangat dibutuhkan oleh orang- orang
marketing karena ia sebagai ujung tombak dana pemasaran suatu produk, mulai
dari promosi hingga terjadinya proses transaksi. Philip Kotler dalam manajemen
pemasarannya mengulas hal itu dari sudut pandang komunikasi pemasaran yang
meliputi pengiklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan
personal, dan pemasaran langsung.
Namun harus diingat
bahwa perubahan-perubahan yang fundamental terus menerus terjadi baik ditingkat
nasional maupun internasional. Salah satu pengaruhnya bagi pasar domestic adalah
proses internasionalisasi sistem budaya yang berdampak pada perilaku konsumsi
masyarakat. Pergeseran pola konsumsi ini, terlepas dari preperensi kita baik
sebagai individu maupun sebagai bangsa- akan menggeser pola permintaan produk-
produk nasional yang tidak memiliki ciri "internasional". Adanya
kondisi tersebut maka produsen harus jeli dan
peka untuk menangkap
keinginan-keinginan konsumen. Untuk itu Ginanjar menyatakan ada empat hal yang
mesti diperhatikan produsen: (1) produk harus sesuai dengan tujuan produksi
yang ingin dicapai; (2) produk harus memenuhi kebutuhan pasar riil; (3) fungsi
produk harus bisa diandalkan sepanjanng masih memenuhi masa keberadaannya (life
time); (4) produk harus memudahkan konsumen dalam pemeliharaannya
(maintenance)[25]
Promosi
Produk
Komunikasi pemasaran
(promosi usaha) ialah proses penyampaian informasi atau pesan, ide, perintah
dan keluhan dari pengirim pesan (sender) kepada penerima pesan (receiver).
Promosi sebagai bentuk
komunikasi pemasaran adalah fungsi menginformasikan, membujuk, mempengaruhi
keputusan pembelian. Tujuan promosi ialah (1) memberi informasi kepada konsumen
dan masyarakat, (2) meningkatkan
permintaan, (3) membedakan produk, (4) memberi penekanan nilai yang diterima
konsumen atas produk, dan (5) menstabilkan penjualan.
Bauran promosi meliputi:
1. Komunikasi
personal ialah komunikasi langsung antara pemasar dengan konsumen individu yang
melibatkan dialog dua arah;
2. Telemarketing ialah penjualan
personal kepada pelanggan yang prospektif melalui media telepon dan internet;
3. Customer service melalui bantuan
layanan tambahan yang dilakukan oleh karyawan yang secara khusus tidak
menjalankan fungsi penjualan;
4. Customer training ialah kursus
formal yang ditawarkan oleh perusahaan untuk mengajarkan kepada pelanggan
tentang kompleksitas produk;
5. Word of mouth ialah komentar positif
atau negatif dari seorang pelanggan tentang produk, kepada yang lain;
6. Periklanan
ialah bentuk komunikasi nonpersonal yang dilakukan oleh pemasar untuk memberi
informasi, mengajar, atau membujuk konsumen sasarannya;
7. Promosi
penjualan ialah insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada konsumen
dan perantara pemasaran untuk merangsang pembelian produk;
8. Publisitas/hubungan dengan
masyarakat adalah usaha untuk mendorong perhatian positif terhadap perusahaan
dan produknya dengan mengirimkan terbitan baru, mengadakan konperensi pers, mengadakan
special events, mensponsori kegiatan-kegiatan bermanfaat bersama pihak
ketiga;
9. Corporate design, berkenaan
dengan: logo perusahaan pada pin, interior dekoration, kendaraan dan peralatan,
stationary, seragam kantor[26]
LOYALITAS
PELANGGAN PENDIDIKAN
Pengertian Loyalitas pelanggan adalah
bahwa kesetiaan pelanggan diukur dengan frekuensi penggunaan atau proporsi
penggunaan kembali (re-use) sebuah jasa.
Keuntungan memilki sejumlah siswa yang
loyal terhadap lembaga pendidikan adalah
memberikan citra bahwa jasa pendidikan yang ditawarkan tersebut dapat diterima
dan dikenal oleh masyarakat luas, memiliki reputasi baik, dan sanggup untuk
memberikan dukungan layanan dan peningkatan mutu pendidikan[27].
Adapun komponen loyalitas pendidikan sekolah, madrasah, dan pesantrean adalah:
No
|
Komponen
|
Indikator-indikator
|
1.
|
Pembelian ulang
|
Frekuensi mengikuti KBM rutin yang diselenggarakan sekolah
|
Frekuensi pemberian saran kepada seklah
|
||
2.
|
Penciptaan prospek
|
Frekuensi menyarankan ke orang lain untuk sekolah di sekolah ini
|
3.
|
Kekebalan terhadap pesaing
|
Kekuatan/kepercayaan siswa untuk tidak pindah ke
sekolah lain
|
Tingkat kebanggaan/konsistensi siswa atas daya tarik
sekolah lain
|
||
4.
|
Hubungan harmonis
|
Perhatian pimpinan dan guru terhadap keluhan dan
harapan
|
Pegawai/staf administrasi sekolah
|
||
5.
|
Penyampaian positif
|
Memberikan informasi tentang hal-hal positif mengenai sekolah kepada:
|
Teman, saudara/kerabat
|
||
Lembaga pendidikan
|
||
Perusahaan
|
||
6.
|
Hambatan untuk berpindah
|
Keengganan siswa untuk berpindah dari sekolah ini
|
Pameran pendidikan
|
||
Lomba karya ilmiah remaja (KIR)
|
||
Mengadakan kontak dengan lembaga pendidikan lain
|
||
Tetap bertahan di madrasah/sekolah/pesantren
|
PENUTUP
Pemasaran pendidikan merupakan langkah
pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya
persaingan untuk memperoleh customer.
Langkah awal dalam melakukan strategi pemasaran jasa pendidikan melihat (1)
target pasar setelah jelas targetnya siapa, (2) mengunakan diferensiasi baik
produk, layanan promosi yang dapat membedakan dengan produk lain, (3) karena
setiap segmen konsemen membutuhkan bauran pemasaran yang berbeda-beda baik dari
promosi dan apa yang dibutuhkan berbeda-beda maka kita harus jeli dan
menyesuaikan cara bauran pemasaran yang cocok dalam segmen yang kita tuju agar
target konsumen yang kita tuju dapat mengena dengan tepat. (4) melakukan pelayanan sebaik
mungkin dengan tetap terus melakukan inovasi-inovasi berkelanjutan. (5) dengan
terciptanya brand yang dibangun dari awal mulai kegiatan pemasara maka
akan memudahkan dan dapat memberi kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
sehingga munculnya loyalitas konsumen terhadap lembaga pendidikan.
Bagi lembaga
pendidikan yang telah memiliki image
yang bagus di masyarakat, implementasi pemasaran pendidikan hanya membutuhkan planning yang lebih menyempurnakan
keberadaan sekolah tersebut dengan melakukan improvement quality yang
berkesinambungan dengan inovasi sebagai terobosan baru dalam mengantisipasi
permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari pendidikan. Pemasaran pendidikan dapat dilakukan
melalui promosi.
Pemasaran dilakukan untuk memperoleh kepuasan pelangan sehinga pelangan membeli
lagi produk lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma Buchari, Pemasaran
Stratejik Jasa Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Ara Hidayat &
Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, Dan Aplikasi Dalam
Mengelola Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba, 2012
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Daya Saing Sekolah, Jurnal Pendidikan Penabur No 11/Tahun
Ke-7/Desember 2008
Duglas W. Foster,
Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 1985
E. Mulyasa, Menjadi
Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2002
Qomar Mujamil,
Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Manajeman Pendidikan Islam,
Jakarta: Erlangga, 2007.
Syukur Fatah, Manaejeman Pendidikan Berbasis Pada Madrasah,
Jogjakarta: Pustaka Rizki Putra, 2001
Philip Kottler, Gary
Amstrong, Dasar Pemasaran, Jakarta: Intermedia, 1996
Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011
Muhaimin Dkk, Manajemen
Pendidikan, Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah,
Jakarta: Kencan, 2009
[1]David Wijaya,
Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah, Jurnal Pendidikan Penabur No
11/Tahun Ke-7/Desember 2008
[2] Qomar Mujamil, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Manajeman Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga. 2007) Hal 46
[3] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,Manajemen...hal.
330-331
[4] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan
Pendidikan Konsep, Prinsip, Dan Aplikasi Dalam Mengelola Sekolah Dan Madrasah,
Yogyakarta: Kaukaba, 2012 Hal 223-224
[5] Syukur Fatah, Manaejeman Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, (Jogjakarta: Pustaka
Rizki Putra, 2001) Hal.186-187
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen...hal 334-336
[8] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan...Hal
224-225
[9] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan...Hal
225-228
[12] Syukur Fatah, Manaejeman Pendidikan Berbasis Pada Madrasah,(Yogyakarta:
Pustaka Rizki Putra, 2001) Hal 190-191
[13] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidika.... Hal
237-238
[14] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan…Hal 343-344
[16] Muhaimin dkk, “manajemen pendidikan” aplikasi
dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah, Jakarta: Kencan, 2009.
Hal. 111
[19] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,
Manajemen...hal. 338
[20] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan...Hal
230
[21] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks
Menyukseskan MBS Dan KBK, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) Hal 26
[22] Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidika.... Hal
232
[25] http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-5-Pemasaran_Pendidikan.pdf
[26] http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-5-Pemasaran_Pendidikan.pdf