Senin, 13 Januari 2014

Total Quality Manajemen in Education



MENGEVALUASI MUTU TOTAL DALAM PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Total Quality Manajemen
Dosen Pengampu: Dr. Imam Machali, S.Pd.I, M.Pd


Oleh:
Qiyadah Robbaniyah
NIM 1220411206
MKPI UIN SUKA Yogyakarta

ABSTRAK
Qiyadah Robbaniyah, 2014, “Mengevaluasi Mutu Total Dalam Pendidikan”
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan  seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan dari titik kelemahan dan memudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Mengevaluasi mutu total dalam pendidikan merupakan kegiatan pengumpulan data dari program-program dan kompenan pada lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah program yang berjalan berhasil atau gagal dan juga memungkinkan adanya umpan balik sebagai acuan dalam pengambilan keputusan selanjutnya sehingga adanya perbaikan berkelanjutan. Dalam mengevaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar mencakup tiga ranah yaitu input, proses dan out put. Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan dalam melihat keberhasilan mutu total dalam pendidikan yaitu mengunakan CIPP (contexs,input program, produk).
            Kata kunci: evaluasi, mutu total, pendidikan, CIPP








PENDAHULUAN
Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan  seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui program pembelajaran, dan evaluasi merupakan salah satu faktor penting program pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, pelaksanaan evaluasi harus menjadi bagian penting dan dilaksanakan secara berkesinambungan.Di samping evaluasi berguna bagi  pimpinan sekolah sebagai upaya untuk memotret sistem pendidikan  yang menjadi tanggungjawabnya, evaluasi juga  dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi, dan juga untuk mendorong guru agar lebih meningkatkan kinerja dalam berkarya sebagai pendidik profesional.
 Dengan demikian, evaluasi tidak hanya terfokus pada penilaian hasil belajar semata, melainkan pula perlu didasarkan pada penilaian terhadap input maupun proses pembelajaran itu sendiri. Dalam konsepsi ini, optimalisasi sistem evaluasi mempunyai dua makna, yakni sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal, dan manfaat yang dicapai dari evaluasi tersebut.
Ditinjau dari sasaran yang ingin dicapai, evaluasi bidang pendidikan dapat dibagi menjadi dua, yakni evaluasi yang bersifat makro dan mikro. Evaluasi makro sasarannya adalah program pendidikan yang direncanakan dan tujuannya adalah untuk memperbaiki bidang pendidikan. Sedangkan evaluasi mikro sering digunakan di level kelas. Di sini, sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi. Guru memiliki tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan guru.


PEMBAHASAN
Kualitas/Mutu Pendidikan
Apakah mutu? Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yag rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat[1]. Kualitas (quality) sering disama-artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Definisi kualitas secara umum mencakup (1) mempertemukan harapan pelangan (costumer) (2) menyangkut aspek produk, servis, orang, proses, dan lingkungan (3) criteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang termasuk berkualitas,  tetapi di lain waktu mungki tidak lagi berkuaitas[2].
            MN Nasution mensinyalir ada empat prinsip utama dalam Total Quality Manajemen (TQM) yaitu (1) kepuasan pelangan (2) respek terhadap setiap orang (3) manajemen berdasarkan fakta (4) perbaikan berkesinambungan.
            Apabila mutu digabungkan dengan pendidikan berarti menunjuk kepada kualitas produk yang dihasilkan lembaga pendidikan/sekolah. Dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain serta lulusanya relevan dengan tujuan. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal yaitu  mengacu pada (1) proses pendidikan (input: bahan ajar, metodologi, saran sekolah, dukungan adminstrasi, sarana prasarana, sumber daya lainya, serta penciptaan suasana yang kondusif) dan (2) hasil pendidikan; mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

Hirarki Manajemen Mutu
Agar mutu pedidikan tetap terjaga dan proses peningkatan mutu pendidikan tetap tekontol, maka harus ada standar  yang diatur dan disepakati untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkata mutu pendidikan (adanya benchmarking/titik acuan/patokan)
Dalam manajemen mutu, sudah ada beberapa sistem yang bekembang yaitu:
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu(MMT))
  1. Melibatkan supplier dan pelanggan
  2. Bertujuan untuk perbaikan terur menerus
  3. Concern terhadap produk dan proses
  4. Bertanggung jawab terhadap seluruh pekerja
  5. Disampaikan melalui teamwork
Quality Assurance (Jaminan Mutu (JM))
  1. Penggunaan control proses statistic
  2. Penekanan pada prevensi
  3. Akreditasi eksternal
  4. Pengikutsertaan yang didelegasikan
  5. Audit ter sistem-sistem mutu
  6. Analisis sebab dan pengaruh (ause-andeffect)
Quality control (control mutu( PM))
  1. Concern terhadap tes produk
  2. Bertanggung jawab pada supervisor
  3. Kriteria mutu tertentu
  4. Self inspection (inspeksi diri)
  5. Paper based system (sistem berbasis kertas)
Inspeksi
  1. Review terhadap post produk
  2. Reworking (pengerjaan ulang)
  3. Penolakan
  4. Kontrol terhadap tenaga kerja
  5. Terbatas pada produk fisik[3]   

Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan[4].Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” [5]. Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu[6]. Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.  Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif. Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi merupakan langkah-langkah mengumpulkan, memperoleh dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan atau dapat juga diartikan sebagai kegiatan sistematis yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan atau kegagalan suatu rencana.
            Evaluasi ditujukan mengetahui tingkat kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan program (2) mengetahui keberhasilan program (3) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan berikutnya (4) memberikan penilaian terhadap sekolah[7]. Menurut rumusan tersebut,  inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin mutu keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.
Penyelenggaraan evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan akan dapat diperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk digunakan dalam membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan umpan balik kepada siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan keunggulannya, menentukan kesesuaian kurikulum, serta memberikan informasi untuk pembuatan kebijakan. Pelaksanaan evaluasi manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam meningkatkan fungsi dan manfaat evalusi secara optimal.
Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu-MMT yang dilakukan secara berkelanjutan memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan Hal tersebut bertujuan agar hasil akhir sebuah layanan bisa dianalisa menurut rencana. Jika sebuah instuti mau belajar dari pengalaman dan tidak statis, maka proses evaluasi dan umpan-balik harus menjadi elemen yang esensial dalam kulturalnya.

Tiga Unsur Dalam Evaluasi Mutu Total Pendidikan Input, Proses, Dan Out Put
Evaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input, proses dan out put.
Pertama Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumberdaya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses[8]
Input sumber daya terbagi menjadi dua, antara lain:
a.             Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru (termasuk guru BP), karyawan, dan siswa.
b.            Input sumberdaya non manusia, meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan lain-lain.
            Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program pendidikan, dan lain-lain.
Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semaki tinggi pula mutu input tersebut.
Dari pembagian berbagai macam jenis-jenis input di atas, sudah jelas bahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari kesiapan tingkat input itu sendiri.
Adapun karakteristik dari input pendidikan antara lain sebagai berikut:
1.      Memiliki kebijakan mutu
a.       Tujuan sekolah jelas tentang kebijakan mutu
b.      Kebijakan mutu disusun oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada warga sekolah
c.       Pemikiran, tindakan, kebiasaan, karakter diwarnai kebijakan mutu.
2.      Sumberdaya manusia disiapkan untuk berkualitas
a.       Sumberdaya manusia disiapkan untuk berkualitas
b.      Dana, peralatan, perlengkapan, bahan, sisten, organisasi, masyarakat.
c.       Mampu mendayagunakan sumberdaya terbatas derni mutu.
3.      Memiliki harapanprestasi yang tinggi
a.       Memiliki dorongan prestasi anak didik dan sekolah yang tinggi
b.      Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk mutu
c.       Guru & karyawan memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk mutu anak didiknya, walau sumber daya sekolah terbatas.
4.       Fokus pada pelanggan
a.             Pelanggan, terutarna peserta didik sebagai focus kegiatan sekolah
b.            Pemuasan pelanggan dengan mendaya gunakan sumberdaya maksimal
5.       Manajemen yang tertata dan jelas
a.       Rencana sistematis dan rinci
b.      Tugas jelas                            
c.       Program pendukung rencana
d.      Aturan main yang pasti
e.       Kendali mutu yang berjalan efektif dan efisien
Kedua Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain[9]. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (di tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses dalam pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki timgkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses-proses lainnya.
Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning),mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mempunyai arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, namun pengetahuan yang mereka dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik yaitu mereka mampu menghayati, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terpenting peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus atau mampu mengembangkan dirinya.
Dalam proses pendidikan, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.      Keefektifan proses belajar mengajar
a.       Internalisasi apa yang dipelajari
b.      Mampu belajar cara belajar yang baik
2.      Kepemimpinan sekolah yang kuat
a.       Kepala sekolah memiliki kelebihan dan wibawa (pengaruh)
b.      Kepala sekolah harus mengkoordinasi, menggerakkan, menyerasikan sumberdaya
c.       Prakarsa kreatif
3.      Manajemen yang efektif
a.       Analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kinerja, pengembangan, hubungankerja, imbaljasaproporsional.
4.      Memiliki budaya mutu
a.       Informasi kualitas untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol
b.      Kewenangan sebatas tanggungjawab
c.       Hasil diikuti rewards atau punishment
d.      Kolaborasi dan sinergi, bukan persaingan sebagai dasar kerjasama
e.       Warga sekolah merasa aman dan nyaman bekerja
f.       Suasana keadilan  
g.      Imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan
5.      Memiiiki Teamwork kompak, cerdas, dinainis
a.       Output pendidikan hasil kolektif, bukan hasil individual
6.      Memiliki kemandirian
a.       Sekolah memiliki kewenangan melakukan yang terbaik bagi sekolahnya
b.      Memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja tanpa bergantung atasan
c.       Memiliki sumber daya yang cukup
7.      Partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
a.       Partisipasi rasa memiliki, rasa tanggungjawab, tingkat dedikasi
8.      Memiliki keterbukaan manajemen
a.       Keterbukaan pembuatan keputusan, penggunaan uang, penyusunan program, pelaksanaan, danevaluasi program
9.      Memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik)
a.       Perubahan adalah kenikmatan, kemapanan adalah musuh sekolah
b.      Perubahan terkaitan dengan peningkatan lebih baik, terutama utuk anak
10.  Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
a.       Evaluasi tidak hanya untuk mengetahui daya serap, tetapi bagairnana memperbaiki dan meningkatkan PBM di sekolah.
b.      Evaluasi program sekolah secara kontinyu
c.       Tiada hari tanpa perbaikan
d.      Sistem mutu baku sebagai acuan perbaikan
11.  Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
a.       Tanggap terhadap aspirasi peningkatan mutu
b.      Membaca lingkungan dan menanggapi cepat dan tepat
12.   Sekolah memiliki akuntabilitas
a.       Pertanggungjawaban sekolah terhadap: orang tua, masyarakat, siswa, pemerintah.
13.  Memiliki Sustainabilitas
a.       Peningkatan SDM, diversifikasi sumber dana, swadana, dukungan masyarakat yang tinggi.
Ketiga Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Sedangkan kinerja sekolah itu sendiri adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya[10]
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai. Produktifitas adalah hasil perbandingan antara output dan input. Baik output dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan energi. Sedangkan kuantitas output berupa jumlah barang atau jasa yang tergantung pada jenis pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas dan bermutu tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan pencapaian yang tinggi dalam bidang:
1.   Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya ilmiah, dan lomba akademik.
2.   Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Proses Evaluasi Mutu Total Dalam Pendidikan
Dalam melaksanakan evaluasi mutu total pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Evaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada tiga unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
  1. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan    evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
  2. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
  3. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
  4. pengolahan data (memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak diolah dengan statistic atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
  5. penafsiran data, (ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.[11]

Teknik pelaksanaan evaluasi
            Evaluasi dilakukan dengan mengunakan multi teknik (observasi, studi dokumenter, wawancara, angket, dan diskusi) serta multi objek (pengelola, pelaksana, dan siswa) yang dalam pelaksanaanya terjadi cek dan re-cek. Jawaban yang diperoleh dari observasi dicek pada studi dokumenter dan ditanyakan pada pelaksanaanya. Kemudian, jawaban dari pelaksana satu di cek pada pelaksana yang lain sehingga jawaban akhir yang diperoleh merupakan jawaban yang objektif. Artinya, mengambarkan keadaan yang sesungguhnya

Evaluator Program Mutu Dalam Pendidikan
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi.  Berdasarkan pertimbangan tersebut Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin [12] mengklasifikasikan evaluator menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam (internal evaluator) dan evaluator dari luar (external evaluator).
Pertama Evaluator dari dalam yang dimaksud dengan evaluator dari dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah saeorang dari anggota pelaksana program yang evaluasi. Berdasarkan batasan tersebut maka dalam evaluasi program pembelajaran guru menjadi evaluator dari dalam karena guru selain sebagai perencana sekaligus pelaksana program pembelajaran mempunyai kewajiban menilai, sikap dan perilaku maupun partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, juga mempunyai kewajiban menilai hasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan evaluator dari dalam antara lain:
Kelebihan Evaluator dari dalam
1.      Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga ke-khawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
2.      Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak banyak mengeluarkan waktu dan biaya yang cukup banyak
Kekurangan  Evaluator dari dalam
1.      Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
2.      Karena sudah memahami seluk belum program, jika evaluator kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
Kedua Evaluator dari luar yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang yang tidak terkait dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran. Termasuk evaluator eksternal dalam evaluasi program pembelajaran di antaranya evaluasi yang dilakukan petugas yang ditunjuk oleh kepala sekolah maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh dinas pendidikan.
Kelebihan Evaluator dari luar
1.      Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program pembelajaran, evaluator dari luar dapat bertindak secara efektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi tidak akan ada respon emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
2.      Seorang ahli yang ditunjuk biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya, dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati.
Kekurangana Evaluator dari luar
1.      Evaluator dari luar biasanya belum mengenal lebih dalam tentang program pembelajaran yang akan dievaluasi. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Dampak dari kekurang pengetahuan tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
2.      Pemborosan waktu dan biaya, pengambil keputusan harus mengeluarkan waktu dan biaya untuk membayar evaluator tersebut.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara evaluator dari dalam dan evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu pokok bahasan evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester atau pada akhir tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.
Maka dapat disimpulkan bahwa mengevaluasi mutu total pendidikan dapat dilakukan oleh unsur pimpinan seperti KS, WKS, ketua bidang studi, serta ketua-kepala unit yang ada di sekolah terhadap anggota atau bawahanya. Evaluasi dapat dilakukan oleh pelaksana, seperti guru, wali kelas, guru BK, pustakawan, laboran, dan staf tata usaha denga tujuan mengevaluasi pelaksanaan tugasnya sebagai evaluasi diri. Evaluasi dapat pula dilakukan oleh pihak ekstrenal, seperti pengawasa, kepala dinas atau subdinas pendidikan dengan tujuan mengevaluasi kinerja unsure pimpinan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Mereka melakukan evaluasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Siapa yang mengevaluasi atau apa yang dievaluasi? Pada prinsipnya evaluator adalah hierarki, baik fungsional maupun struktural. Dalam hal-hal tertentu , evaluator dapat saja mengevaluasi dirinya, mengevaluasi sejawat, bahkan atasan, seperti siswa menilai pelaksanaan pengajaran, evaluasi atau bimbingan dari guru. Begitu pun dengan guru, guru data mengevaluasi pelaksanaan kepemimpinan atau pembinaan dari kepala sekolah

  1. Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor) secara proporsional.
  2. Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan, dapat membantu baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
  3. Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
  4. Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab memanfaatkan semua sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi secara sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
  5. Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran.
  6. Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan evaluasi juga memiliki etika dan tanggung jawab.
  7. Konstektual sesuai dengan karakteristik substansi pelajaran, guru, dan siswa[13].

Tujuan Dan Sasaran Evaluasi Program.
Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan. Demikian juga dengan evaluasi program. Di sini akan dibedakan antara tujuan program dan sasaran program dalam dua contoh berikut. Pertama, kegiatan membaca. Tujuan kegiatan atau program ini adalah untuk menangkap isi bacaan, sedangkan tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui apakah pembaca dapat menangkap isi bacaan yang dibaca. Kedua, program usaha kesehatan sekolah (UKS). Tujuan program adalah untuk mengatasi masalah kesehatan siswa dan personal lain di sekolah yang bersangkutan. Sedangkan tujuan evaluasi programnya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang tertanganinya masalah kesehatan di sekolah antara lain untuk mengetahui apakah layanan yang diberikan oleh UKS memuaskan bagi siswa dan personel sekolah lainnya.
Berdasarkan contoh di atas, kita mendapat gambaran yang jelas bahwa tujuan evaluasi program adalah upaya untuk mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur dan menilai sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Menurut suharsimi[14]  ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Agar dapat melakukan tugasnya, evaluator program dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen programnya.”
Sasaran evaluasi program sangat berkaitan dengan tujuan umum dan tujuan khusus. Sasaran evaluasi program lebih mengarah pada tujuan program dan kondisi harapan setiap komponen programnya. Oleh karena itu, evaluator perlu mengenal program dengan baik, terutama komponen-komponennya, karena yang menjadi sasaran evaluasi program bukan hanya program secara keseluruhan, tetapi juga mengarah pada tujuan dari komponen-komponen atau bagian program.

Jenis Evaluasi Program.
Evaluasi program dalam pendidikan mempunyai makna dan ruang lingkup yang lebih luas. Evaluasi program itu sendiri terdiri dari beberapa jenis, yang mana masing-masing jenis memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda. Banyak ragam atau jenis evaluasi yang dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program. Hamalik mengemukakan bahwa model atau jenis evaluasi program tersebut adalah[15] :
1.      Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan kepada penyusun program dengan cara menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka mendesain suatu program. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk meramalkan implementasi program dan kemungkinan tercapai tidaknya program di kemudian hari.
2.      Evaluasi monitoring dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah program mencapai sasaran efektif. Apakah hal-hal dan kegiatan yang telah didesain secara spesifik dalam program itu terlaksana sebagaimana mestinya. Kenyataan tidak jarang program justru tidak mencapai sasaran, karena apa yang telah didesain dalam program tidak dapat dilaksanakan dengan berbagai alasan seperti pengadaan personil, fasilitas, perlengkapan, biaya, dan faktor-faktor penyebab lainnya.
3.      Evaluasi dampak, bertujuan menilai seberapa jauh program dapat memberikan pengaruh tertentu pada sasaran yang telah ditetapkan, apakah program berdampak positif atau justru sebaliknya. Dampak tersebut diukur berdasarkan kriteria-kriteria keberhasilan, sehingga program tersebut perlu di spesifikasi agar dapat diamati dan diukur setelah program itu dilaksanakan.
4.      Evaluasi efisiensi, dimaksud untuk menilai berapa besar tingkat efisiensi suatu program. Apakah program mampu memberikan keuntungan memadai ditinjau dari segi biaya yang dikeluarkan, tenaga yang digunakan dan waktu yang terpakai.
5.      Evaluasi program komprehensip, yaitu dampak menyeluruh terhadap program yang meliputi; implementasi program, dampak atau pengaruh setelah program dilaksanakan dan tingkat efisiensi program.
Jenis program dibedakan menjadi tiga. Pertama adalah program pemprosesan yaitu program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) yang diolah menjadi hasil proses atau keluaran (output). Kedua adalah program layanan. Program layanan adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu, sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan program. Ketiga adalah program umum, tidak seperti pada jenis pemrosesan dan layanan yang dengan jelas dapat dikenali jenisnya karena masukan (input) yang diolah menjadi keluaran (output), dan pada program layanan ada ”raja” yang dilayani. Pada program jenis ketiga justru tidak tampak  yang menjadi ciri utamanya.

Model Evaluasi Program.
Model evaluasi program adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi, yang biasanya model evaluasi itu dinamakan sama dengan pembuatnya. Model-model evaluasi ini dianggap model standar Oleh karena itu, dapat digunakan oleh evaluator sesuai dengan tujuan evaluasinya. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu[16] :
1.       Goal Oriented Evaluation Model dikembangkan oleh Tyler.
2.       Goal Free Evaluation Model dikembangkan oleh Scriven.
3.       Formative SumativeEvaluation Model dikembangkan oleh Scriven.
4.       Countinance Evaluation Model dikembangkan oleh Stake.
5.       Responsive Evaluation Model dikembangkan oleh Stake.
6.       CSE-NCLA Evaluation Model menekankan pada kapan evaluasi dilakukan.
7.       CIPP Evaluation Model dikembangkan oleh Stufflebeam.
8.       Discrepancy Evaluation Model  yang dikembangkan oleh Provus.
Disini pemakalah hanya penjabarkan secara rinci evaluasi CIPP karena melihat bahwa CIPP mudah dilakukan oleh kebanyakan orang. Deskripsi dari model CIPP sebagai berikut :
1.      Evaluasi context. Menurut Stufflebeam, evaluasi konteks dimaksudkan untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan beberapa objek, untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program, tujuan pengembangan manakah yang paling mudah dicapai. Adapun bagian yang akan dievaluasi sebagai konteks di lembaga pendidikan yaitu berhubungan dengan keadaan lembaga, dosen, tenaga administratif dan sarana prasarana pendidikannya.
2.      Evaluasi input dimaksudkan untuk mengetahui sumber dan strategi. Apakah strategi yang digunakan oleh lembaga pendidikan sesuai dengan pencapaian tujuan peningkatan mutu tersebut merupakan strategi resmi atau baku, strategi peningkatan mutu yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian yang lalu, prosedur dan jadwal khusus manakah yang dipergunakan untuk melaksanakan strategi tersebut, apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.
3.      Evaluasi process meliputi koleksi data yang telah ditentukan atau di rancang dan diterapkan dalam praktek dan operasional seperti bagaimana menata lembaga, meningkatkan mutu guru/dosen, bagaimana meningkatkan mutu tenaga administratif, serta bagaimana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di lembaga pendidikan sehingga relevan dengan lulusan yang akan dihasilkan. Melihat dan mencatat kejadian-kejadian yang muncul selama program peningkatan mutu pendidikan berlangsung dari waktu ke waktu, untuk menemukan kekurangan dan kelebihan termasuk faktor penunjang serta faktor penghambat program jika di kaitkan dengan produk yang di telah dihasilkan.
4.      Evaluasi produk berfungsi untuk mengukur, menginterpretasi dan menilai pencapaian dari suatu program, analisa nilai kesuksesan program, menaksir pencapaian berdasarkan standar yang digunakan, menentukan apakan program akan diteruskan, diberhentikan atau diperbaiki.


Bagan Tabel CIPP
CIPP 3

Contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) mengunakan CIPP dengan teknik pengambilan data wawancara.
1.      Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan diantaranya adalah:
a.    Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima?
b.   Tujuan pengembangan apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan tambahan?
c.    Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkan masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya?
d.   Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?
2.      Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan diantaranya adalah:
a.       Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa?
b.      Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu?
c.       Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan?
d.      Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan?
3.      Process Evaluation (Evaluasi Proses)
diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a.       Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
b.      Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggung menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?
c.       Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksima?
d.      Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
4.      Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a.       Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b.      Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?
c.       Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian)?
d.      Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan tambahan ini?

contoh evaluasi CIPP dalam mata pelajaran matematika dengan cek list
CIPP 2 ---
Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP
Kelebihan Model Evaluasi CIPP Evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil.
Kekurangan Model Evaluasi CIPP evaluasi ini memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi[17], terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan, kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya, cenderung fokus pada rational management ketimbang mengakui kompleksitas realitas empiris[18].

Penutup
            Mengevaluasi mutu total dalam pendidikan merupakan kegiatan pengumpulan data dari program-program dan kompenan pada lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah program yang berjalan berhasil atau gagal dan juga memungkinkan adanya umpan balik sebagai acuan dalam pengambilan keputusan selanjutnya sehingga adanya perbaikan berkelanjutan.
Mengevaluasi mutu total dalam pendidikan dapat dilakukan oleh kepala sekolah, komite sekolah, guru, siswa, satpam, laporan, pustakawan, dan semua anggota dalam sekolah sesuai dengan tujuan evaluasi yag ingin diketahui diantaranya; apa yang ingin dievaluasi, tujuan apa dari evaluasi tersebut, mengetahui seberapa besar keberhasilan program tertentu,
            Dalam mengevaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar mencakup tiga ranah yaitu input, proses dan out put. Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan dalam melihat keberhasilan mutu total dalam pendidikan yaitu mengunakan CIPP (contexs,input program, produk).



DAFTAR PUSTAKA
Jeromo S.Arco, Penerjemah Yosal Irianto, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Peruusan Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Umiarso & H.Nur Zazin, “Pesantren Di Tengah Arus Mutu Pendidikan, Menjawab Problematika Kontemprer Manajemen Mutu Pesantren”, (Semarang: Rasail Media Group, 2011
Tony Bush & Marianne Coleman, Alih Bahasa Fahrozzi, “Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan”, (Yogyakarta: Ircisod, 2012).
Djemari Mardapi, Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. (Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2008)
Griffin, P. & Nix, P. Educational Assessment and Reporting. (Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher. 1991)
Jamal Ma`mur Asmani”Tips Efektif Supervisi pendidikan sekolah”, (Jogjakarta: Diva pers, 2012).
Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah :Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja), (Jakarta:Depdikbud, 1999)
Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin A.J. Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Arikunto Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman teoritis praktis bagi praktisi pendidikan”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004).
Hamalik, Oemar, Manajemen belajar di perguruan tinggi, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003).
Arikunto Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman teoritis praktis bagi praktisi pendidika”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)


[1] Jeromo S.Arco, Penerjemah Yosal Irianto, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Peruusan Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal 75
[2] Umiarso & H.Nur Zazin, “Pesantren Di Tengah Arus Mutu Pendidikan, Menjawab Problematika Kontemprer Manajemen Mutu Pesantren”, (Semarang: Rasail Media Group, 2011). Hal: 138-139
[3] Tony Bush & Marianne Coleman, Alih Bahasa Fahrozzi, “Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan”, (Yogyakarta: Ircisod, 2012). Hal: 189
[4] Djemari Mardapi, Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. (Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2008) Hal 67
[5] Griffin, P. & Nix, P. Educational Assessment and Reporting. (Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher. 1991) Hal 3
[7] Jamal Ma`mur Asmani”Tips Efektif Supervisi pendidikan sekolah”, (Jogjakarta: Diva pers, 2012). Hal:18
[8] Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah :Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja), (Jakarta:Depdikbud, 1999) hlm.108
[9] Dikmenum, Peningkatan Mutu hal. 204
[10] Dikmenum, Peningkatan Mutu hal 213
[12] Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin A.J. Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal 23-25
[14] Arikunto Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman teoritis praktis bagi praktisi pendidikan”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004). Hal: 13
[15] Hamalik, Oemar, Manajemen belajar di perguruan tinggi, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003). Hal: 212
[16] Arikunto Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program …hal: 24
[17] Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hal 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar