MENGEVALUASI MUTU TOTAL
DALAM PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Total Quality Manajemen
Dosen Pengampu: Dr. Imam Machali, S.Pd.I, M.Pd
Oleh:
Qiyadah
Robbaniyah
NIM
1220411206
Email: qrobbaniyah@yahoo.com
MKPI UIN SUKA Yogyakarta
ABSTRAK
Qiyadah
Robbaniyah, 2014, “Mengevaluasi Mutu Total Dalam Pendidikan”
Evaluasi merupakan
subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem
pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan
atau kemajuan hasil pendidikan dari titik kelemahan dan memudah mencari jalan
keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Mengevaluasi mutu total dalam
pendidikan merupakan kegiatan pengumpulan data dari program-program dan
kompenan pada lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah program
yang berjalan berhasil atau gagal dan juga memungkinkan adanya umpan balik
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan selanjutnya sehingga adanya perbaikan
berkelanjutan. Dalam mengevaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis
besar mencakup tiga ranah yaitu input, proses dan out put. Salah satu model
evaluasi yang dapat digunakan dalam melihat keberhasilan mutu total dalam
pendidikan yaitu mengunakan CIPP (contexs,input program, produk).
Kata
kunci: evaluasi, mutu total, pendidikan, CIPP
PENDAHULUAN
Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah
berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu
masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula
hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang
justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah
sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama
manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu
bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan
berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat
di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat
mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan.
Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui,
dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah
mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi,
kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi
pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum evaluasi adalah
suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Salah satu faktor
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui program
pembelajaran, dan evaluasi merupakan salah satu faktor penting program
pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, pelaksanaan
evaluasi harus menjadi bagian penting dan dilaksanakan secara
berkesinambungan.Di samping evaluasi berguna bagi pimpinan sekolah sebagai upaya untuk memotret
sistem pendidikan yang menjadi
tanggungjawabnya, evaluasi juga dapat
menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi, dan juga
untuk mendorong guru agar lebih meningkatkan kinerja dalam berkarya sebagai pendidik
profesional.
Dengan demikian, evaluasi tidak hanya terfokus
pada penilaian hasil belajar semata, melainkan pula perlu didasarkan pada
penilaian terhadap input maupun proses pembelajaran itu sendiri. Dalam konsepsi
ini, optimalisasi sistem evaluasi mempunyai dua makna, yakni sistem evaluasi
yang memberikan informasi yang optimal, dan manfaat yang dicapai dari evaluasi tersebut.
Ditinjau dari sasaran
yang ingin dicapai, evaluasi bidang pendidikan dapat dibagi menjadi dua, yakni
evaluasi yang bersifat makro dan mikro. Evaluasi makro sasarannya
adalah program pendidikan yang direncanakan dan tujuannya adalah untuk memperbaiki
bidang pendidikan. Sedangkan evaluasi mikro sering digunakan di level kelas. Di
sini, sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi
penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi.
Guru memiliki tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran,
sedangkan sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi program
pembelajaran yang dilaksanakan guru.
PEMBAHASAN
Kualitas/Mutu Pendidikan
Apakah mutu? Mutu
adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.
Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yag rumit. Mutu didasarkan pada akal
sehat[1].
Kualitas (quality) sering disama-artikan dengan mutu. Kualitas
sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Definisi kualitas
secara umum mencakup (1) mempertemukan harapan pelangan (costumer) (2)
menyangkut aspek produk, servis, orang, proses, dan lingkungan (3) criteria
yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang termasuk
berkualitas, tetapi di lain waktu mungki
tidak lagi berkuaitas[2].
MN
Nasution mensinyalir ada empat prinsip utama dalam Total Quality Manajemen
(TQM) yaitu (1) kepuasan pelangan (2) respek terhadap setiap orang (3)
manajemen berdasarkan fakta (4) perbaikan berkesinambungan.
Apabila
mutu digabungkan dengan pendidikan berarti menunjuk kepada kualitas produk yang
dihasilkan lembaga pendidikan/sekolah. Dapat diidentifikasi dari banyaknya
siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain serta
lulusanya relevan dengan tujuan. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal
yaitu mengacu pada (1) proses pendidikan
(input: bahan ajar, metodologi, saran sekolah, dukungan adminstrasi, sarana
prasarana, sumber daya lainya, serta penciptaan suasana yang kondusif) dan (2)
hasil pendidikan; mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu.
Hirarki Manajemen Mutu
Agar mutu pedidikan
tetap terjaga dan proses peningkatan mutu pendidikan tetap tekontol, maka harus
ada standar yang diatur dan disepakati
untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkata mutu pendidikan
(adanya benchmarking/titik acuan/patokan)
Dalam manajemen mutu,
sudah ada beberapa sistem yang bekembang yaitu:
Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu(MMT))
- Melibatkan supplier dan pelanggan
- Bertujuan untuk perbaikan terur menerus
- Concern terhadap produk dan proses
- Bertanggung jawab terhadap seluruh pekerja
- Disampaikan melalui teamwork
Quality Assurance
(Jaminan Mutu (JM))
- Penggunaan control proses statistic
- Penekanan pada prevensi
- Akreditasi eksternal
- Pengikutsertaan yang didelegasikan
- Audit ter sistem-sistem mutu
- Analisis sebab dan pengaruh (ause-andeffect)
Quality control
(control mutu( PM))
- Concern terhadap tes produk
- Bertanggung jawab pada supervisor
- Kriteria mutu tertentu
- Self inspection (inspeksi diri)
- Paper based system (sistem berbasis kertas)
Inspeksi
- Review terhadap post produk
- Reworking (pengerjaan ulang)
- Penolakan
- Kontrol terhadap tenaga kerja
- Terbatas pada produk fisik[3]
Evaluasi dalam Manajemen Mutu
Terpadu-MMT
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu
tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara
tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan[4].Tes
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes
terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes
merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Guilford mendefinisi pengukuran dengan “assigning numbers to, or quantifying,
things according to a set of rules” [5].
Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara
yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu[6].
Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan
angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan
tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.
Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya
dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam
bentuk kuantitatif. Penilaian (assessment)
memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Penilaian dapat diartikan sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian,
pengukuran maupun tes.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi merupakan
langkah-langkah mengumpulkan, memperoleh dan menyediakan informasi untuk
pengambilan keputusan atau dapat juga diartikan sebagai kegiatan sistematis
yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan atau kegagalan suatu rencana.
Evaluasi
ditujukan mengetahui tingkat kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah
atau keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan
evaluasi utamanya (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan program (2) mengetahui
keberhasilan program (3) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan berikutnya
(4) memberikan penilaian terhadap sekolah[7].
Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
Evaluasi dalam
Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total
Quality Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang,
dikembangkan, dan diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan
secara optimal memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin
mutu keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.
Penyelenggaraan
evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan akan dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk digunakan dalam
membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan umpan balik kepada
siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan keunggulannya, menentukan
kesesuaian kurikulum, serta memberikan informasi untuk pembuatan kebijakan.
Pelaksanaan evaluasi manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya untuk
mengoptimalkan penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam meningkatkan
fungsi dan manfaat evalusi secara optimal.
Melalui evaluasi
Manajemen Mutu terpadu-MMT yang dilakukan secara berkelanjutan memungkinkan
diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di
sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah,
keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan
keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan
program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan digunakan sebagai umpan
balik untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan Hal tersebut bertujuan agar
hasil akhir sebuah layanan bisa dianalisa menurut rencana. Jika sebuah instuti
mau belajar dari pengalaman dan tidak statis, maka proses evaluasi dan
umpan-balik harus menjadi elemen yang esensial dalam kulturalnya.
Tiga Unsur Dalam Evaluasi Mutu Total
Pendidikan Input, Proses, Dan Out Put
Evaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar
melibatkan tiga unsur yaitu input, proses dan out put.
Pertama Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud
adalah berupa sumberdaya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses[8]
Input sumber
daya terbagi menjadi dua, antara lain:
a.
Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru (termasuk guru
BP), karyawan, dan siswa.
b.
Input sumberdaya non manusia, meliputi: peralatan, perlengkapan, uang,
bahan, dan lain-lain.
Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi sekolah,
peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program
pendidikan, dan lain-lain.
Input
harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin
dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka
semaki tinggi pula mutu input tersebut.
Dari pembagian
berbagai macam jenis-jenis input di atas, sudah jelas bahwa tinggi rendahnya
mutu input dapat diukur dari kesiapan tingkat input itu sendiri.
Adapun
karakteristik dari input pendidikan antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki
kebijakan mutu
a. Tujuan sekolah
jelas tentang kebijakan mutu
b. Kebijakan mutu disusun oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada
warga sekolah
c. Pemikiran, tindakan, kebiasaan,
karakter diwarnai kebijakan mutu.
2. Sumberdaya manusia disiapkan
untuk berkualitas
a.
Sumberdaya manusia disiapkan untuk berkualitas
b.
Dana, peralatan, perlengkapan, bahan, sisten, organisasi,
masyarakat.
c.
Mampu mendayagunakan sumberdaya terbatas derni mutu.
3. Memiliki harapanprestasi yang
tinggi
a.
Memiliki dorongan prestasi anak didik dan sekolah yang
tinggi
b.
Kepala sekolah memiliki
komitmen dan motivasi tinggi untuk mutu
c.
Guru & karyawan memiliki komitmen dan motivasi tinggi untuk
mutu anak didiknya, walau sumber daya sekolah terbatas.
4. Fokus pada pelanggan
a.
Pelanggan, terutarna peserta didik sebagai focus kegiatan
sekolah
b.
Pemuasan pelanggan dengan mendaya gunakan sumberdaya
maksimal
5. Manajemen yang tertata dan jelas
a. Rencana sistematis dan rinci
b. Tugas jelas
c. Program pendukung rencana
d. Aturan main yang pasti
e. Kendali mutu yang berjalan
efektif dan efisien
Kedua Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain[9]. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala
mikro (di tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses dalam
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Dengan
catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki timgkat kepentingan tertinggi
dibanding dengan proses-proses lainnya.
Proses akan
dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning),mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik. Kata memberdayakan mempunyai arti bahwa peserta didik tidak
sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, namun pengetahuan
yang mereka dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik
yaitu mereka mampu menghayati, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan
yang terpenting peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus atau
mampu mengembangkan dirinya.
Dalam proses
pendidikan, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Keefektifan proses
belajar mengajar
a. Internalisasi apa yang dipelajari
b. Mampu belajar cara belajar yang baik
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
a. Kepala sekolah memiliki kelebihan
dan wibawa (pengaruh)
b. Kepala sekolah harus mengkoordinasi, menggerakkan,
menyerasikan sumberdaya
c. Prakarsa kreatif
3. Manajemen yang efektif
a. Analisis kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, kinerja, pengembangan, hubungankerja,
imbaljasaproporsional.
4. Memiliki budaya mutu
a. Informasi kualitas untuk
perbaikan, bukan untuk mengontrol
b. Kewenangan sebatas tanggungjawab
c. Hasil diikuti rewards atau punishment
d. Kolaborasi dan sinergi, bukan
persaingan sebagai dasar kerjasama
e. Warga sekolah merasa aman dan
nyaman bekerja
f. Suasana keadilan
g. Imbal jasa sepadan dengan nilai
pekerjaan
5. Memiiiki Teamwork kompak, cerdas, dinainis
a. Output pendidikan hasil kolektif,
bukan hasil individual
6. Memiliki kemandirian
a. Sekolah memiliki kewenangan
melakukan yang terbaik bagi sekolahnya
b. Memiliki kemampuan dan
kesanggupan kerja tanpa bergantung atasan
c. Memiliki sumber daya yang cukup
7. Partisipasi warga sekolah dan
masyarakat.
a. Partisipasi rasa memiliki, rasa
tanggungjawab, tingkat dedikasi
8. Memiliki keterbukaan manajemen
a. Keterbukaan pembuatan keputusan,
penggunaan uang, penyusunan program,
pelaksanaan, danevaluasi program
9. Memiliki kemauan untuk berubah
(psikologis dan fisik)
a. Perubahan adalah kenikmatan,
kemapanan adalah musuh sekolah
b. Perubahan terkaitan dengan
peningkatan lebih baik, terutama utuk anak
10. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
a. Evaluasi tidak hanya untuk
mengetahui daya serap, tetapi bagairnana memperbaiki dan meningkatkan PBM di
sekolah.
b. Evaluasi program sekolah secara
kontinyu
c. Tiada hari tanpa perbaikan
d. Sistem mutu baku sebagai acuan
perbaikan
11. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
a. Tanggap terhadap aspirasi
peningkatan mutu
b. Membaca lingkungan dan menanggapi cepat dan tepat
12. Sekolah memiliki akuntabilitas
a. Pertanggungjawaban sekolah
terhadap: orang tua, masyarakat, siswa, pemerintah.
13. Memiliki Sustainabilitas
a. Peningkatan SDM, diversifikasi
sumber dana, swadana, dukungan masyarakat yang tinggi.
Ketiga Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Sedangkan
kinerja sekolah itu sendiri adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses
atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya[10]
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan
yang ditentukan atau yang tersirat. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan
sejauh mana sasaran (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai.
Produktifitas adalah hasil perbandingan antara output dan input. Baik output
dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input berupa tenaga kerja,
modal, bahan, dan energi. Sedangkan kuantitas output berupa jumlah barang atau
jasa yang tergantung pada jenis pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan
berkualitas dan bermutu tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan
pencapaian yang tinggi dalam bidang:
1. Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya
ilmiah, dan lomba akademik.
2. Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran,
kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler lainnya.
Mutu sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses)
seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Proses
Evaluasi Mutu Total Dalam Pendidikan
Dalam melaksanakan evaluasi mutu total pendidikan hendaknya
dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Evaluasi mutu total dalam pendidikan
secara garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input, proses dan out put.
Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada tiga unsur tersebut maka
dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu
menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum
adalah sebagai berikut :
- perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
- pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
- verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).
- pengolahan data (memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak diolah dengan statistic atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
- penafsiran data, (ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.[11]
Teknik pelaksanaan evaluasi
Evaluasi
dilakukan dengan mengunakan multi teknik (observasi, studi dokumenter,
wawancara, angket, dan diskusi) serta multi objek (pengelola, pelaksana, dan
siswa) yang dalam pelaksanaanya terjadi cek dan re-cek. Jawaban yang diperoleh
dari observasi dicek pada studi dokumenter dan ditanyakan pada pelaksanaanya.
Kemudian, jawaban dari pelaksana satu di cek pada pelaksana yang lain sehingga
jawaban akhir yang diperoleh merupakan jawaban yang objektif. Artinya, mengambarkan
keadaan yang sesungguhnya
Evaluator Program Mutu Dalam Pendidikan
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat
menjadi evaluator program ditinjau dari program yang akan dievaluasi.
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal evaluator
harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang
akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut Suharsimi Arikunto dan
Cep Safrudin [12]
mengklasifikasikan evaluator menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam (internal
evaluator) dan evaluator dari luar (external evaluator).
Pertama
Evaluator dari dalam yang dimaksud dengan evaluator dari dalam adalah petugas
evaluasi program yang sekaligus merupakan salah saeorang dari anggota pelaksana
program yang evaluasi. Berdasarkan batasan tersebut maka dalam evaluasi program
pembelajaran guru menjadi evaluator dari dalam karena guru selain sebagai
perencana sekaligus pelaksana program pembelajaran mempunyai kewajiban menilai,
sikap dan perilaku maupun partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, juga
mempunyai kewajiban menilai hasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan
kekurangan evaluator dari dalam antara lain:
Kelebihan Evaluator dari dalam
1. Evaluator memahami betul program
yang akan dievaluasi sehingga ke-khawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya
sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
2. Karena evaluator adalah orang dalam,
pengambil keputusan tidak banyak mengeluarkan waktu dan biaya yang cukup banyak
Kekurangan Evaluator dari dalam
1. Adanya unsur subjektivitas dari
evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang
dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan
dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan
bertindak subjektif.
2. Karena sudah memahami seluk belum
program, jika evaluator kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan
dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
Kedua
Evaluator dari luar yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang
yang tidak terkait dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan
diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program
pembelajaran. Termasuk evaluator eksternal dalam evaluasi program pembelajaran
di antaranya evaluasi yang dilakukan petugas yang ditunjuk oleh kepala sekolah
maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh dinas
pendidikan.
Kelebihan Evaluator dari luar
1. Karena tidak berkepentingan atas
keberhasilan program pembelajaran, evaluator dari luar dapat bertindak secara
efektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil
evaluasi tidak akan ada respon emosional dari evaluator karena tidak ada
keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang
dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
2. Seorang ahli yang ditunjuk biasanya
akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya, dengan begitu ia akan bekerja
secara serius dan hati – hati.
Kekurangana Evaluator dari luar
1. Evaluator dari luar biasanya belum
mengenal lebih dalam tentang program pembelajaran yang akan dievaluasi. Hal itu
wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. Mereka berusaha
mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah mendapat
permintaan untuk mengevaluasi. Dampak dari kekurang pengetahuan tersebut
memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
2. Pemborosan waktu dan biaya,
pengambil keputusan harus mengeluarkan waktu dan biaya untuk membayar evaluator
tersebut.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
evaluator, serta untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program
pembelajaran, maka sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran
merupakan kombinasi antara evaluator dari dalam dan evaluator dari luar.
Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir
pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu pokok
bahasan evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir
semester atau pada akhir tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk
dan diberi tanggung jawab oleh pimpinan sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab
terhadap manajemen mutu sekolah.
Maka dapat disimpulkan
bahwa mengevaluasi mutu total pendidikan dapat dilakukan oleh unsur pimpinan
seperti KS, WKS, ketua bidang studi, serta ketua-kepala unit yang ada di
sekolah terhadap anggota atau bawahanya. Evaluasi dapat dilakukan oleh
pelaksana, seperti guru, wali kelas, guru BK, pustakawan, laboran, dan staf
tata usaha denga tujuan mengevaluasi pelaksanaan tugasnya sebagai evaluasi
diri. Evaluasi dapat pula dilakukan oleh pihak ekstrenal, seperti pengawasa,
kepala dinas atau subdinas pendidikan dengan tujuan mengevaluasi kinerja unsure
pimpinan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Mereka melakukan evaluasi
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Siapa yang mengevaluasi
atau apa yang dievaluasi? Pada prinsipnya evaluator adalah hierarki, baik fungsional
maupun struktural. Dalam hal-hal tertentu , evaluator dapat saja mengevaluasi
dirinya, mengevaluasi sejawat, bahkan atasan, seperti siswa menilai pelaksanaan
pengajaran, evaluasi atau bimbingan dari guru. Begitu pun dengan guru, guru
data mengevaluasi pelaksanaan kepemimpinan atau pembinaan dari kepala sekolah
- Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor) secara proporsional.
- Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan, dapat membantu baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
- Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
- Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab memanfaatkan semua sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi secara sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
- Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran.
- Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan evaluasi juga memiliki etika dan tanggung jawab.
- Konstektual sesuai dengan karakteristik substansi pelajaran, guru, dan siswa[13].
Tujuan Dan Sasaran Evaluasi Program.
Setiap kegiatan pasti
mempunyai tujuan. Demikian juga dengan evaluasi program. Di sini akan dibedakan
antara tujuan program dan sasaran program dalam dua contoh berikut. Pertama,
kegiatan membaca. Tujuan kegiatan atau program ini adalah untuk menangkap isi
bacaan, sedangkan tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui apakah
pembaca dapat menangkap isi bacaan yang dibaca. Kedua, program usaha kesehatan
sekolah (UKS). Tujuan program adalah untuk mengatasi masalah kesehatan siswa
dan personal lain di sekolah yang bersangkutan. Sedangkan tujuan evaluasi
programnya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang tertanganinya masalah
kesehatan di sekolah antara lain untuk mengetahui apakah layanan yang diberikan
oleh UKS memuaskan bagi siswa dan personel sekolah lainnya.
Berdasarkan contoh di
atas, kita mendapat gambaran yang jelas bahwa tujuan evaluasi program adalah
upaya untuk mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur dan menilai sejauh
mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Menurut suharsimi[14] ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan,
sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Agar dapat
melakukan tugasnya, evaluator program dituntut untuk mampu mengenali
komponen-komponen programnya.”
Sasaran evaluasi
program sangat berkaitan dengan tujuan umum dan tujuan khusus. Sasaran evaluasi
program lebih mengarah pada tujuan program dan kondisi harapan setiap komponen
programnya. Oleh karena itu, evaluator perlu mengenal program dengan baik,
terutama komponen-komponennya, karena yang menjadi sasaran evaluasi program bukan
hanya program secara keseluruhan, tetapi juga mengarah pada tujuan dari
komponen-komponen atau bagian program.
Jenis Evaluasi Program.
Evaluasi program dalam
pendidikan mempunyai makna dan ruang lingkup yang lebih luas. Evaluasi program
itu sendiri terdiri dari beberapa jenis, yang mana masing-masing jenis memiliki
tujuan dan sasaran yang berbeda. Banyak ragam atau jenis evaluasi yang dipakai
sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program. Hamalik
mengemukakan bahwa model atau jenis evaluasi program tersebut adalah[15]
:
1.
Evaluasi
perencanaan dan pengembangan. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan kepada
penyusun program dengan cara menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka
mendesain suatu program. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk meramalkan
implementasi program dan kemungkinan tercapai tidaknya program di kemudian
hari.
2.
Evaluasi
monitoring dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah program mencapai
sasaran efektif. Apakah hal-hal dan kegiatan yang telah didesain secara
spesifik dalam program itu terlaksana sebagaimana mestinya. Kenyataan tidak
jarang program justru tidak mencapai sasaran, karena apa yang telah didesain
dalam program tidak dapat dilaksanakan dengan berbagai alasan seperti pengadaan
personil, fasilitas, perlengkapan, biaya, dan faktor-faktor penyebab lainnya.
3.
Evaluasi dampak,
bertujuan menilai seberapa jauh program dapat memberikan pengaruh tertentu pada
sasaran yang telah ditetapkan, apakah program berdampak positif atau justru
sebaliknya. Dampak tersebut diukur berdasarkan kriteria-kriteria keberhasilan,
sehingga program tersebut perlu di spesifikasi agar dapat diamati dan diukur
setelah program itu dilaksanakan.
4.
Evaluasi
efisiensi, dimaksud untuk menilai berapa besar tingkat efisiensi suatu program.
Apakah program mampu memberikan keuntungan memadai ditinjau dari segi biaya
yang dikeluarkan, tenaga yang digunakan dan waktu yang terpakai.
5.
Evaluasi program
komprehensip, yaitu dampak menyeluruh terhadap program yang meliputi;
implementasi program, dampak atau pengaruh setelah program dilaksanakan dan
tingkat efisiensi program.
Jenis program dibedakan
menjadi tiga. Pertama adalah program pemprosesan yaitu program yang kegiatan
pokoknya mengubah bahan mentah (input) yang diolah menjadi hasil proses
atau keluaran (output). Kedua adalah program layanan. Program layanan
adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak
tertentu, sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan program. Ketiga adalah
program umum, tidak seperti pada jenis pemrosesan dan layanan yang dengan jelas
dapat dikenali jenisnya karena masukan (input) yang diolah menjadi
keluaran (output), dan pada program layanan ada ”raja” yang dilayani.
Pada program jenis ketiga justru tidak tampak
yang menjadi ciri utamanya.
Model Evaluasi Program.
Model evaluasi program
adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar
evaluasi, yang biasanya model evaluasi itu dinamakan sama dengan pembuatnya.
Model-model evaluasi ini dianggap model standar Oleh karena itu, dapat
digunakan oleh evaluator sesuai dengan tujuan evaluasinya. Kaufman dan Thomas membedakan
model evaluasi menjadi delapan, yaitu[16]
:
1. Goal
Oriented Evaluation Model dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal
Free Evaluation Model dikembangkan oleh Scriven.
3. Formative
SumativeEvaluation Model dikembangkan oleh Scriven.
4. Countinance
Evaluation Model dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive
Evaluation Model dikembangkan oleh Stake.
6. CSE-NCLA
Evaluation Model menekankan pada kapan evaluasi dilakukan.
7. CIPP
Evaluation Model dikembangkan oleh Stufflebeam.
8. Discrepancy
Evaluation Model yang dikembangkan
oleh Provus.
Disini pemakalah hanya
penjabarkan secara rinci evaluasi CIPP karena melihat bahwa CIPP mudah dilakukan
oleh kebanyakan orang. Deskripsi dari model CIPP sebagai berikut :
1.
Evaluasi context.
Menurut Stufflebeam, evaluasi konteks dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
kekuatan dan kelemahan beberapa objek, untuk mengidentifikasikan
kebutuhan-kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program, tujuan
pengembangan manakah yang paling mudah dicapai. Adapun bagian yang akan
dievaluasi sebagai konteks di lembaga pendidikan yaitu berhubungan dengan
keadaan lembaga, dosen, tenaga administratif dan sarana prasarana
pendidikannya.
2.
Evaluasi input
dimaksudkan untuk mengetahui sumber dan strategi. Apakah strategi yang
digunakan oleh lembaga pendidikan sesuai dengan pencapaian tujuan peningkatan
mutu tersebut merupakan strategi resmi atau baku, strategi peningkatan mutu
yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian yang
lalu, prosedur dan jadwal khusus manakah yang dipergunakan untuk melaksanakan
strategi tersebut, apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari
kegiatan yang dilaksanakan di dalam program dan apa pula akibat yang
ditimbulkannya.
3.
Evaluasi process
meliputi koleksi data yang telah ditentukan atau di rancang dan diterapkan
dalam praktek dan operasional seperti bagaimana menata lembaga, meningkatkan
mutu guru/dosen, bagaimana meningkatkan mutu tenaga administratif, serta
bagaimana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di lembaga
pendidikan sehingga relevan dengan lulusan yang akan dihasilkan. Melihat dan
mencatat kejadian-kejadian yang muncul selama program peningkatan mutu
pendidikan berlangsung dari waktu ke waktu, untuk menemukan kekurangan dan
kelebihan termasuk faktor penunjang serta faktor penghambat program jika di
kaitkan dengan produk yang di telah dihasilkan.
4.
Evaluasi produk
berfungsi untuk mengukur, menginterpretasi dan menilai pencapaian dari suatu
program, analisa nilai kesuksesan program, menaksir pencapaian berdasarkan
standar yang digunakan, menentukan apakan program akan diteruskan,
diberhentikan atau diperbaiki.
Bagan Tabel CIPP
Contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) mengunakan
CIPP dengan teknik pengambilan data wawancara.
1.
Context
Evaluation (Evaluasi
Konteks)
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan diantaranya adalah:
a.
Kebutuhan
apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa
yang belum menerima?
b.
Tujuan
pengembangan apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya peningkatan
kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan tambahan?
c.
Tujuan
pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkan masyarakat, misalnya
kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya?
d.
Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah
dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?
2.
Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat diajukan diantaranya adalah:
a.
Apakah
makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa?
b.
Berapa orang siswa yang menerima dengan
senang hati atas makanan tambahan itu?
c.
Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah
menerima makanan tambahan?
d.
Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah
menerima makanan tambahan?
3. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
diusulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a.
Apakah pelaksanaan program sesuai dengan
jadwal?
b.
Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan
program akan sanggung menangani kegiatan selama program berlangsung dan
kemungkinan jika dilanjutkan?
c.
Apakah sarana dan prasarana yang disediakan
dimanfaatkan secara maksima?
d.
Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai
selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
4.
Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai
berikut :
a.
Apakah
tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b.
Pernyataan-pernyataan
apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian
tujuan?
c.
Dalam
hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses
pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan,
dan ketepatan waktu pemberian)?
d.
Apakah
dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya
program makanan tambahan ini?
contoh
evaluasi CIPP dalam mata pelajaran matematika dengan cek list
Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi
CIPP
Kelebihan Model Evaluasi CIPP
Evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan,
proses, dan hasil.
Kekurangan Model Evaluasi CIPP
evaluasi ini memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam
bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang
kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi[17],
terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan,
kesannya terlalu top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya,
cenderung fokus pada rational management ketimbang mengakui
kompleksitas realitas empiris[18].
Penutup
Mengevaluasi
mutu total dalam pendidikan merupakan kegiatan pengumpulan data dari
program-program dan kompenan pada lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
mengetahui apakah program yang berjalan berhasil atau gagal dan juga
memungkinkan adanya umpan balik sebagai acuan dalam pengambilan keputusan
selanjutnya sehingga adanya perbaikan berkelanjutan.
Mengevaluasi mutu total
dalam pendidikan dapat dilakukan oleh kepala sekolah, komite sekolah, guru,
siswa, satpam, laporan, pustakawan, dan semua anggota dalam sekolah sesuai
dengan tujuan evaluasi yag ingin diketahui diantaranya; apa yang ingin
dievaluasi, tujuan apa dari evaluasi tersebut, mengetahui seberapa besar
keberhasilan program tertentu,
Dalam
mengevaluasi mutu total dalam pendidikan secara garis besar mencakup tiga ranah
yaitu input, proses dan out put. Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan
dalam melihat keberhasilan mutu total dalam pendidikan yaitu mengunakan CIPP (contexs,input
program, produk).
DAFTAR PUSTAKA
Jeromo S.Arco,
Penerjemah Yosal Irianto, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Peruusan
Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Umiarso &
H.Nur Zazin, “Pesantren Di Tengah Arus Mutu Pendidikan, Menjawab
Problematika Kontemprer Manajemen Mutu Pesantren”, (Semarang: Rasail Media
Group, 2011
Tony Bush &
Marianne Coleman, Alih Bahasa Fahrozzi, “Manajemen Mutu Kepemimpinan
Pendidikan”, (Yogyakarta: Ircisod, 2012).
Djemari Mardapi,
Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. (Yogyakarta: Mitra
Cendekia, 2008)
Griffin, P.
& Nix, P. Educational Assessment and Reporting. (Sydney: Harcout
Brace Javanovich, Publisher. 1991)
Jamal Ma`mur
Asmani”Tips Efektif Supervisi pendidikan sekolah”, (Jogjakarta: Diva
pers, 2012).
Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan
Berbasis sekolah :Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja), (Jakarta:Depdikbud, 1999)
Suharsimi
Arikunto dan Cep Safrudin A.J. Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008)
Arikunto
Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman teoritis
praktis bagi praktisi pendidikan”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004).
Hamalik, Oemar, Manajemen
belajar di perguruan tinggi, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003).
Arikunto
Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman teoritis
praktis bagi praktisi pendidika”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004
Eko Putro
Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik dan
Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
[1]
Jeromo S.Arco, Penerjemah Yosal Irianto, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip
Peruusan Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
hal 75
[2]
Umiarso & H.Nur Zazin, “Pesantren Di Tengah Arus Mutu Pendidikan,
Menjawab Problematika Kontemprer Manajemen Mutu Pesantren”, (Semarang:
Rasail Media Group, 2011). Hal: 138-139
[3] Tony
Bush & Marianne Coleman, Alih Bahasa Fahrozzi, “Manajemen Mutu
Kepemimpinan Pendidikan”, (Yogyakarta: Ircisod, 2012). Hal: 189
[4] Djemari
Mardapi, Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes.
(Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2008) Hal 67
[5] Griffin,
P. & Nix, P. Educational Assessment and Reporting.
(Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher. 1991) Hal 3
[6] http://readwansyah.wordpress.com/evaluasi-pendidikan/
diunduh tanggl 12 januari 2014
[7] Jamal
Ma`mur Asmani”Tips Efektif Supervisi pendidikan sekolah”, (Jogjakarta:
Diva pers, 2012). Hal:18
[8] Dikmenum, Peningkatan
Mutu Pendidikan Berbasis sekolah :Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja),
(Jakarta:Depdikbud, 1999) hlm.108
[11] http://readwansyah.wordpress.com/evaluasi-pendidikan/
diunduh tanggal 12 Januari 2014
[12]
Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin A.J. Evaluasi Program Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal 23-25
[14]
Arikunto Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program pendidikan pedoman
teoritis praktis bagi praktisi pendidikan”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004).
Hal: 13
[15] Hamalik,
Oemar, Manajemen belajar di perguruan tinggi, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2003). Hal: 212
[16] Arikunto
Suharsimi dan Safrudin, “Evaluasi program …hal: 24
[17] Eko
Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hal 125
[18] http://andripradinata.blogspot.com/2012/10/model-evaluasi-pembelajaran-model-cipp.html
diunduh tanggal 8 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar